AL ASFA

TERLARANG BERTANYA DZATNYA






Hal yang terlarang bertanya atau memikirkan tentang DzatNya



Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah melarang kita untuk bertanya atau memikirkan tentang DzatNya

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ” Berpikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-kali engkau berpikir tentang Dzat Allah”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “…Janganlah kalian berpikir tentang Dzat Allah, tapi pikirkanlah ciptaan-Nya.…” (HR Ahmad dan Ath-Thabarani).

Para ulama mengatakan “Berpikirlah kalian tentang ciptaan Allah dan jangan sekali-kali berpikir tentang Dzat Allah, sebab memikirkan tentang Dzat Allah akan menggoreskan keraguan dalam hati”.

Sedangkan kaum muslim tidak boleh ragu tentang Allah, sebagaimana diriwayatkan dari Fudhalah bin ‘Ubaid, dari Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda “Tiga jenis orang yang tidak perlu engkau tanyakan lagi nasibnya,

1. Orang yang merampas selendang Allah, sesungguhnya selendang Allah adalah kesombongan-Nya, sarung-Nya adalah kemuliaan.
2. Orang yang ragu tentang Allah.
3. Dan orang yang berputus asa terhadap rahmat Allah.”
(Hadits shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (590), Ahmad (IV/19), Ibnu Hibban (4559), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (89) dan al-Bazzar (84, lihat Kasyful Astaar)

Firman Allah ta’ala yang artinya

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali ‘Imran [3]:191).

“Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman“. (QS Yunus [10] : 101).

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (Shaad: 27).

Awaluddin makrifatullah, akhiruddin makrifatullah

Awal beragama adalah mengenal Allah dan akhir  atau tujuan beragama adalah menyaksikan Allah dengan hati (ain bashiroh)

Manusia mengenal Allah (makrifatullah) melalui tanda-tanda kekuasaanNya yang merupakan ayat-ayat kauniyah yaitu ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya. Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah,baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos).

Ayat-ayat kauniyah dapat menegaskan kemukjizatan ilmiah pada ayat-ayat qauliyah(Al Qur’an) sehingga manusia semakin mengakui kebenaran ayat-ayat qauliyah (Al Qur’an).

Dengan memperhatikan tanda-tanda kekuasaanNya yang merupakan ayat-ayat kauniyah maka kita bisa mengetahui dan meyakini keberadaan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan keberadaan Tuhan karena menempatkanNya disuatu tempat seperti di langit atau di atas ‘Arsy.

Begitupula harus kita ingat selalu bahwa pertanyaan “di mana” dalam arti menanyakan tempat hanya diperuntukkan kepada makhlukNya yang dibatasi dimensi ruang dan waktu.

Pertanyaan “di mana” tidak layak ditujukan pada Allah ta’ala.

Imam Sayyidina Ali ra juga mengatakan yang maknanya:“Sesungguhnya yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya dimana (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-sifat makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana“

Ibnu Hajar al Asqallâni dalam Fathu al Bâri-nya,1/221:“Karena sesungguhnya jangkauan akal terhadap rahasia-rahasia ketuhanan itu terlampau pendek untuk menggapainya, maka tidak boleh dialamatkan kepada ketetapan-Nya: Mengapa dan bagaimana begini? Sebagaimana tidak boleh juga mengalamatkan kepada keberadaan Dzat-Nya: Di mana?.”

Imam al Qusyairi menyampaikan, ” Dia Tinggi Yang Maha Tinggi, Luhur Yang Maha Luhur dari ucapan “bagaimana Dia?” atau “dimana Dia?”. Tidak ada upaya, jerihpayah, dan kreasi-kreasi yang mampu menggambari-Nya,atau menolak dengan perbuatan-Nya atau kekurangan dan aib. Karena, tak ada sesuatu yang menyerupai-Nya. Dia Maha Mendengar dan Melihat. Kehidupan apa pun tidak ada yang mengalahkan-Nya. Dia Dzat Yang Maha Tahu dan Kuasa“.

Hadits kisah budak Jariyah di dalam kitab Sahih Muslim yang diriwayatkan oleh Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami tidak bisa dijadikan landasan untuk i’tiqod karena pertanyaan “di mana” tidak patut disandarkan kepada Allah ta’ala

Hadits kisah budak Jariyah tidak diletakkan dalam bab tentang iman (i’tiqod) namun pada bab tentang sholat.

Hal pokok yang disampaikan oleh hadits terebut adalah pada bagian perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang artinya,“Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di dalamnya ada percakapan manusia,karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir dan membaca al-Qur’an.”

Pada saat Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami meriwayatkan kisah budak Jariyah, beliau dalam keadaan baru masuk Islam yang dapat diketahui dengan pernyataannya “Wahai Rasul shallallahu alaihi wasallam sesungguhnya aku adalah seorang yang baru saja berada di dalam kejahiliyahan kemudian datang Islam”.

Jadi redaksi/matan kisah budak Jariyah adalah periwayatan Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami secara pribadi yang kemungkinan besar masih dipengaruhi keyakinan (aqidah) kaum sebelumnya seperti paganisme , bahwa ‘alam Tuhan’ itu berada di langit, seiring dengan ‘alam dewa-dewa’ keyakinan non muslim.

Alam dewa dan alam Tuhan selalu dikaitkan dengan alam tinggi, yang dipersepsi berada di langit, dalam arti ruang yang sesungguhnya. Sehingga, kita sering mendengar cerita-cerita tentang ‘turunnya’ para dewa-dewi, bidadari, atau bahkan ‘Tuhan’ sendiri dari langit nun jauh di sana menuju ke Bumi. Keyakinan pagan adalah keyakinan yang menyembah dewa-dewi dan unsur-unsur alam. Di antaranya adalah keyakinan penyembah Matahari, Bintang, Bulan, penyembah api, penyembah pepohonan, gunung-gunung, dan lain sebagainya.

Pengaruh keyakinan bahwa “alam Tuhan” itu berada di langit mengakibatkan segelintir umat Islam berkeyakinan (beri’tiqod) Tuhan berada (bertempat) di langit (fis sama) atau di atas ‘Arsy (alal ‘Arsy) atau diatas Sidratul Muntaha atau berada di alam tinggi, di atas awan sana. Di langit seperti negeri dongeng jaman dahulu kala, yang tidak akan pernah anda temui ketika anda naik pesawat ruang angkasa sekalipun, baik dengan teknologi pesawat ruang angkasa pada masa kini maupun nanti.

Oleh karenanya ada di antara umat Islam yang berpendapat, untuk bertemu Allah kita harus mengarungi jarak ke langit, ke luar angkasa sana. Termasuk ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Mi’raj. Beliau datang ke Sidratul Muntaha itu dipersepsikan untuk bertemu Allah. Sebab, dalam persepsi mereka, Allah itu di langit, jauh dari kita dalam arti mempunyai jarak, ruang dan waktu.

Ibn Al Jawzi berkata “Aku (Ibnul Jawzi) berkata: “Para ulama (Ahlussunnah Wal Jama’ah) telah menetapkan bahwa Allah tidak diliputi oleh langit dan bumi serta tidak diselimuti oleh segala arah. Adapun bahwa budak perempuan tersebut berisyarat dengan mengatakan di arah langit adalah untuk tujuan mengagungkan Allah”

Begitupula Imam Nawawi (w. 676 H/1277 M) dalam Syarah Shahih Muslim (Juz. 5 Hal. 24-25) maka ia mentakwilnya agar tidak menyalahahi Hadis Mutawatir dan sesuai dengan ushulus syariah. Yakni pertanyaan ‘Aina Allah? diartikan sebagai pertanyaan tentang kedudukan Allah bukan tempat Allah, karena aina dalam bahasa Arab bisa digunakan untuk menanyakan tempat dan juga bisa digunakan untuk menanyakan kedudukan atau derajat. Jadi maknanya; “Seberapa besar pengagunganmu kepada Allah?”. Sedangkan jawaban Fis Sama’ diartikan dengan uluwul kodri jiddan (derajat Allah sangat tinggi).

Tentang hadits pada matan kisah budak Jariyah, berkata Imam asy-Syafi’i–rahimahullah- :

واختلف عليه في إسناده ومتنه، وهو إن صحفكان النبي – صلى الله عليه وسلم – خاطبها على قَدرِ معرفتها، فإنها وأمثالها قبل الإسلامكانوا يعتقدون في الأوثان أنها آلهة في الأرض، فأراد أن يعرف إيمانها، فقال لها: أيناللَّه؟ حتى إذا أشارت إلى الأصنام عرف أنها غير مؤمنة، فلما قالت: في السماء، عرفأنها برئت من الأوثان، وأنها مؤمنة بالله الذي في السماء إله وفي الأرض إله، أو أشار،وأشارت إلى ظاهر ما ورد به الكتاب.

“Dan telah terjadi khilaf pada sanaddan matan nya (hadits jariyah), dan seandainya shohih Hadits tersebut, maka adalah Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bertanya kepada hamba tersebut menurut kadar pemahaman nya, karena bahwa dia (hamba) dan kawan-kawan nya sebelum Islam, mereka meyakini bahwa berhala adalah Tuhan yang ada di bumi, maka Nabi ingin mengetahui keimanan nya, maka Nabi bertanya : “Dimana Allah ?” sehingga apabila ia menunjuk kepada berhala, Nabi mengetahui bahwa ia bukan Islam, maka manakala ia menjawab : “Di atas langit” Nabi mengetahui bahwa ia terlepas dari berhala dan bahwa ia adalah orang yang percaya kepada Allah yaitu Tuhan di langit dan Tuhan di bumi, atau Nabi mengisyarah dan ia mengisyarah kepada dhohir yang datang dalam Al-Quran”. [Lihat Kitab Tafsir Imam asy-Syafi’ipada surat al-Mulk -قال الله عزَّ وجلَّ: أَأَمِنْتُمْ مَنْفِي السَّمَاءِ
dan [Lihat Kitab Manaqib Imam Syafi’i jilid 1 halaman 597 karangan Imam Baihaqqi, pada Bab
-ما يستدل به على معرفة الشَّافِعِي بأصولالكلام وصحة اعتقاده فيها- ]

Penjelasannya

واختلف عليه في إسناده ومتنه

“Dan telah terjadi khilaf pada sanad dan matan nya”

Maksudnya : Khususnya pada matan (redaksi) hadits Jariyah telah banyak terjadi perbedaan pendapat ulama Hadits, baik dalam keshohihan sanad nya atau dalam matan nya, sepantasnya Hadits ini ditinggalkan bagi orang yang ingin beraqidah dengan aqidah yang selamat, karena ketidak-jelasan status Hadits ini.

وهو إن صح فكان النبي – صلى الله عليه وسلم– خاطبها على قَدرِ معرفتها

“dan seandainya shohih Hadits tersebut, maka adalah Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bertanya kepada hamba tersebut menurut kadar pemahaman nya”

Maksudnya : Bila ternyata Hadits Jariyah itu benar Hadits Shohih, atau bagi orang yang menganggapnya sebagai Hadits Shohih, maka jangan di telan mentah-mentah, pahami dulu bagaimana maksud Nabi sesungguhnya dalam Hadits tersebut, Imam Syafi’i mengatakan bahwa maksud Nabi bertanya kepada hamba itu dengan pertanyaan “Dimana Allah” adalah bertanya menurut kemampuan kepahaman hamba tersebut, artinya Nabi bertanya “Siapa Tuhan nya” sebagaimana didukung oleh sanad dan matan dalam riwayat yang lain, Nabi tidak bermaksud menanyakan arah atau tempat keberadaan Allah.

فإنها وأمثالها قبل الإسلام كانوا يعتقدونفي الأوثان أنها آلهة في الأرض

“karena bahwa dia (hamba) dan kawan-kawan nya sebelum Islam, mereka meyakini bahwa berhala adalah Tuhan yang ada di bumi”

Maksudnya : Cara Rasulullah bertanya untuk mengetahui statusnya muslim atau non muslim dengan pertanyaan “Dimana Allah” adalah menyesuaikan dan mempertimbangkan keadaan hamba tersebut yang masih awam, karena mereka sebelum datang Islam, mereka menyembah dan meyakini bahwa berhala yang bertempat di bumi adalah Tuhan mereka, maka sesuailah keadaan tersebut dengan pertanyaan Nabi “Di mana Allah”. Sementara Allah tidak seperti Tuhan-Tuhan mereka yang bertempat.

فأراد أن يعرف إيمانها، فقال لها: أين اللَّه؟

“maka Nabi ingin mengetahui keimanannya, maka Nabi bertanya : Dimana Allah ?”

Maksudnya : Nabi bertanya “Dimana Allah” untuk mengetahui status keimanan hamba tersebut, artinya Rasul bertanya siapa Tuhan yang ia imani, Nabi tidak bermaksud bertanya di mana tempat berhala nya berada bila hamba itu seorang penyembah berhala, dan tidak bermaksud menanyakan di mana tempat Allah berada bila hamba tersebut percaya kepada Allah, tapi hanya menanyakan apakah ia beriman kepada Allah atau bukan.

حتى إذا أشارت إلى الأصنام عرف أنها غيرمؤمنة

“sehingga apabila ia menunjuk kepada berhala, Nabi mengetahui bahwa ia bukan Islam”

Maksudnya : Mempertimbangkan keadaan orang-orang dimasa itu yang masih banyak menyembah berhala, maka ketika Rasul ingin mengetahui status hamba tersebut, Rasul bertanya dengan pertanyaan “Di mana Allah” agar mudah bagi nya menjawab bila ia penyembah berhala, maka ia menunjukkan tempat berhala yang ia sembah, dan otomatis diketahui bahwa ia bukan orang yang percaya kepada Allah.

فلما قالت: في السماء، عرف أنها برئت منالأوثان

“maka manakala ia menjawab : “Diatas langit” Nabi mengetahui bahwa ia terlepas dari berhala”

Maksudnya : Ketika hamba itu menjawab “Di atas langit” maka Nabi mengetahui bahwa ia adalah bukan penyembah berhala, jawaban hamba ini juga tidak bisa dijadikan alasan bahwa Nabi mengakui “Allah berada (bertempat) diatas langit” karena tidak ada hubungan antara jawaban dan pertanyaan Nabi,seperti dijelaskan di atas bahwa maksud Nabi bertanya demikian adalah ingin mengetahui status hamba muslim atau non muslim, maka jawaban hamba ini dipahami sesuai dengan maksud dari pertanyaan, Nabi tidak menanyakan apakah ia beraqidah “Allah ada tanpa arah dan tempat” atau “Allah ada di mana-mana” atau “Allah berada (bertempat) di atas langit” atau lain nya, bukan itu masalah nya disini.

وأنها مؤمنة بالله الذي في السماء إله وفيالأرض إله

“dan bahwa ia adalah orang yang percaya kepada Allah yaitu Tuhan di langit dan Tuhan di bumi”

Maksudnya : Dan dari jawaban hamba tersebut dapat diketahui bahwa ia adalah orang yang percaya kepada Allah yaitu Tuhan di langit dan Tuhan di bumi. Allah di langit bukan berarti Allah berada (bertempat) di langit, dan Allah di bumi bukan berarti Allah berada (bertempat) di bumi atau di mana-mana, tapi Allah adalah Tuhan sekalian alam, baik di langit atau di bumi, makhluk dilangit bertuhankan Allah, dan makhluk di bumi juga bertuhankan Allah. Firman Allah ta’ala yang artinya “Dan Dialah Tuhan di langit dan Tuhan di bumi dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS Az Zukhruf[43]:84]

أو أشار، وأشارت إلى ظاهر ما ورد به الكتاب

“atau Nabi mengisyarah dan ia mengisyarah kepada dhohir yang datang dalam Al-Quran”

Maksudnya : Imam Syafi’i berkata kemungkinan tanya-jawab Nabi dan hamba di atas tidak pernah ada, Nabi hanya mengisyarah tidak bertanya dengan kata-kata, dan hamba juga menjawab nya dengan isyarah tanpa kata, dan kata-kata di atas hanya berasal dari perawi atau pemilik hamba yang menceritakan kejadian tersebut, maka tidak mungkin sama sekali menjadikan Hadits Jariyah ini sebagai landasan dalam i’tiqod.

Hujjatul Islam, Abu Hamid Al Ghazali , terhadap riwayat yang lain yang menerangkan bahwa budak wanita ini adalah seorang yang bisu dan ia tidak memiliki cara lain untuk menunjukkan ketinggian Allah Yang Maha Kamal kecuali dengan menggunakan bahasa isyarat menunjuk langit. Dialog ini dilakukan oleh Rasul shallallahu alaihi wasallam karena para sahabat menyangka budak wanita sebagai seorang penyembah berhala di rumah-rumah penyembahan berhala. Rasul shallallahu alaihi wasallam ingin mengetahui kebenaran prasangka mereka terhadap keyakinan sang budak, maka sang budak memberitahukan kepada mereka keyakinannya bahwa sembahannya bukanlah berhala-berhala yang ada di rumah-rumah penyembahan berhala, sebagaimana yang disangkakan terhadapnya (Abu Hamid AlGhazali, Al Iqtishad Fie Al I`tiqad, Dar Al Bashair, Kairo, cet. ke I, 2009,Hal.: 245)

Dalam al-Fiqh al-Absath, al-Imam Abu Hanifah menuliskan:

قُلْتُ: أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟ يُقَالُ لَهُ: كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ، وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.

“Aku katakan: Tahukah engkau jika ada orang berkata: Di manakah Allah? Jawab: Dia Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada. Allah ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu”

Berikut kutipan percakapan antara Imam Abu Hanifah dengan seorang atheis yang menanyakan tentang DzatNya

Orang Atheis : ” Bagaimana bentuk Dzat Tuhan, apakah dia seperti air, besi atau seperti asap ?”
Imam Abu Hanifah : “Pernahkah anda melihat orang sakratul maut dan meninggal? apakah yang terjadi?”
Orang Atheis : “Keluarnya ruh dari jasad “.
Imam Abu Hanifah : ” Bagaimana bentuk ruh ?”
Orang Atheis : “Kami tidak tahu”
Imam Abu Hanifah : ” Bagaimana kita bisa menjelaskan ruh Dzat Tuhan, sementara ruh ciptaan -Nya saja anda tidak tahu”.

Orang Atheis : “Lantas di tempat manakah tuhan berada?”
Imam Abu Hanifah : “Kalau kita menyuguhkan susu segar, maka di dalam susu itu adakah minyak samin?”
Orang Atheis : “ya.”
Imam Abu Hanifah : ” Dimanakah letak minyak samin?”
Orang Atheis : “Minyak samin itu bercampur menyebar di dalam kandungan susu”.
Imam Abu Hanifah : ” Bagaimana aku harus menujukkan dimana Allah berada, kalau minyak samin yang ciptaan manusia saja tidak dapat anda lihat dalam kandungan susu itu?”

Syaikh Nawawi al Bantani berkata, Barang siapa meninggalkan 4 kalimat maka sempurnalah imannya, yaitu

1. Dimana
2. Bagaimana
3. Kapan dan
4. Berapa

Jika ada orang yang bertanya pada Anda : Dimana Allah ? Maka jawabnya : Allah tidak bertempat dan tidak dilalui oleh masa
Jika ada orang yang bertanya pada Anda : Bagaimana sifat Allah ? Maka jawabnya : Tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya
Jika ada orang yang bertanya pada Anda : Kapan adanya Allah ? Maka jawabnya : Pertama tanpa permulaan dan terakhir tanpa penghabisan
Jika ada orang yang bertanya pada Anda : Ada Berapa Allah ? Maka jawabnya : Satu Sebagaimana firman Allah Ta`ala di dalam Qalam-Nya Surat Al-Ikhlas ayat pertama : “Katakanlah olehmu : bahwa Allah itu yang Maha Esa (Satu).
Jika ada orang yang bertanya pada Anda : Bagaimana Dzat dan sifat Allah ? Maka jawabnya : Tidak boleh membahas Dzat Allah Ta`ala dan Sifat-sifatnya. Karena meninggalkan pendapat itu sudah termasuk berpendapat. Membicarakan Zat Allah Ta`ala menyebabkan Syirik. Segala yang tergores didalam hati anda berupa sifat-sifat yang baru adalah pasti bukan Allah dan bukan sifatnya.

Wassalam

Dekat Allah Bukan Karena Miskin, Jauhnya Pun Bukan Akibat Kaya


http://al-asfa.blogspot.co.id


la bin Ziyad Al-Haritsi adalah konglomerat besar yang hidup pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Ia tinggal di kota Bashrah. Hampir semua penduduk kota mengenalnya, karena mudah dikenali ciri-cirinya. Rumahnya mewah, pakaiannya wah, dan kendaraannya luar biasa. Suatu hari, Ali bin Abi Thalib berkunjung ke Bashrah. `Ala yang dikenal kaya raya meminta agar Khalifah berkenan untuk mengunjungi rumahnya. Ia berpikir bahwa khalifah yang menguasai hampir separoh dunia itu sangat layak untuk dijamu di rumahnya. Sesampai di rumah `Ala, Amirul Mukminin sangat kagum melihat kemewahan rumahnya. Ia sendiri hanya tinggal di rumah sederhana layaknya rakyat biasa. Setelah puas memandang interior rumahnya, Ali bin Abi Thalib menghampiri tuan rumah, sambil berkata: “Wahai `Ala, apa untungnya memiliki rumah sebesar ini, padahal engkau memerlukan rumah yang lebih besar dan lebih mewah kelak di akherat?” Pertanyaan Ali tidak bisa dijawab oleh `Ala. Pada mulanya ia berpikir bahwa sang khalifah hanya layak dijamu di istananya yang mewah dan megah itu, tapi ternyata sang khalifah bukanlah “orang dunia”. Ia tidak memandang dunia lebih dari sayap nyamuk. Kekuasaan yang digenggamnya tidak lebih dari sekadar sarana untuk beribadah kepada Allah dengan cara melayani makhluq-makhluq-Nya, yang bernama manusia. Ia menguasai dunia, tapi tidak dikuasai dunia. Melihat perubahan mimik dan perwajahan tuan rumah, Ali bin Abi Thalib segera dapat menangkapnya. Apalagi sebelumnya ia telah mengetahui bahwa tuan rumah mendapatkan kekayaannya melalui jerih payahnya sebagai saudagar, bukan dari hasil KKN. Oleh karenanya, Khalifah Ali segera menyampaikan pesannya: “Wahai `Ala, engkau bisa menjadikan rumahmu yang besar ini sebagai kendaraan yang akan mengantarkanmu pada rumah yang lebih besar di akhirat kelak” Betapa gembiranya tuan rumah mendengar pernyataan khalifah yang bijak itu. Ia segera menyambutnya dengan pertanyaan: “ Bagaimana caranya, wahai Amirul Mukminin?” Ali menjawab: “Engkau buka rumahmu ini untuk para tamu yang menghajatkannya, ikat silaturrahmi di antara kaum Muslimin, bela, dan tampakkan hak-hak kaum Muslimin di rumahmu, jadikan rumah ini sebagai tempat pemenuhan hajat saudara-saudara sesama Islam, dan jangan batasi hanya untuk kepentingan dan keserakahan dirimu semata-mata.” Puas dengan pernyataan dan jawaban Khalifah, tuan rumah memanfaatkan kesempatan langka itu untuk mengajukan permasalahannya yang lain. Ia bertanya: “Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai seorang saudara. Dia telah mengubah total cara hidupnya. Dia sekarang hanya berkhalwat di tempat-tempat sunyi, berpakaian kumuh, meninggalkan pekerjaan, bahkan menelantarkan keluarganya. Saudaraku yang bernama `Ashim bin Ziyad Al-Haritsi ini selalu mengatakan: `Semua itu aku lakukan semata-mata hanya ingin mendekatkan diri kepada Allah Swt.' Apakah sikap dan perbuatan saudaraku itu benar?” Ali bin Abi Thalib meminta agar `Ashim dihadirkan ke hadapannya. Di depan `Ashim, khalifah berkata agak kasar, “Wahai `Ashim, orang yang telah memusuhi dirinya sendiri! Sungguh setan telah memperdaya akalmu. Mengapa engkau telantarkan anak dan istrimu dengan alasan ingin mendakatkan diri kepada Allah?” “Apakah kau kira bahwa Allah yang menciptakan alam semesta beserta seluruh kenikmatannya itu tidak rela jika kau gunakan kenimatan itu secara tepat? Demi Allah, tidak begitu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah!” Merasa terpojok, kemudian `Ashim menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, aku lakukan semua ini semata-mata karena ingin meniru kezuhudan dan kesahajaanmu. Engkau hidup susah, akupun demikian. Engkau berpakaian kasar, akupun meniru. Engkau cukupkan dengan makan sekeping roti, akupun mencontohmu. Engkau adalah panutanku, wahai Amirul Mukminin.” Menghadapi jawaban `Ashim, Ali mencoba untuk mengklarifikasi dan mendudukkan persoalan pada tempatnya. Ia berkata, “Wahai `Ashim, aku berbeda dengan kamu. Aku memegang kekuasaan khilafah kaum Muslimin, sedangkan kamu tidak. Di bahuku terpikul amanat yang amat berat, sedangkan kamu tidak demikian. Aku mengenakan jubah kepemimpinan, sedangkan kamu adalah rakyat yang aku pimpin.” “Tanggung jawab seorang pemimpin di hadapan Allah itu teramat sangat berat. Allah mewajibkan para pemimpin untuk berbuat adil kepada setiap rakyatnya, sedangkan rakyat yang paling lemah adalah standar bagi dirinya. Seorang pemimpin selayaknya hidup seperti rakyatnya yang paling sederhana agar tercipta solidaritas dan perasaan senasib seperjuangan. Oleh karena itu, di bahuku ada kewajiban yang harus kutunaikan, sedangkan di bahumu ada kewajiban lain yang harus engkau laksanakan.” Kita mengenal baik dua menantu Rasulullah Saw, yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Yang satu kaya raya, sedangkan yang lain sederhana, jika tidak boleh dibilang miskin. Kedua-duanya adalah kesayangan Rasulullah, bukan karena kayanya atau karena sederhananya. Kedua memantu itu disayang Rasulullah karena keshalihannya. Banyak orang kaya yang salah memandang kekayaannya, seperti halnya banyak juga orang miskin yang salah dalam memandang kemiskinannya. Kaya dan miskin adalah dua saudara kembar yang selalu ada dan menghiasi hidup di dunia. Tidak ada yang bisa disebut kaya jika tidak ada yang miskin, demikian juga sebaliknya. Al-Qur'an sendiri menyebutkan: “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rizki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rizkinya itu) tidak mau memberikan rizki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rizki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?” (an-Nahl: 71) Kaya dan miskin merupakan rekayasa Ilahiyah, sebagaimana siang dan malam. Masalahnya bukan pada kaya dan miskinnya, tapi bagaimana memandang harta tersebut. Tidak sedikit orang kaya yang benar dalam memandang kekayaannya. Akan tetapi sebagian besar yang lainnya persis seperti yang disitir oleh ayat di atas. Mereka tidak mau berbagi hartanya kepada orang lain, terutama kaum fakir miskin. Tidak ada yang berani membuat penilaian dan perbandingan antara Utsman bin Affan yang kaya raya dengan Ali bin Abi Thalib yang sangat sederhana. Apakah Ali yang lebih baik dari Utsman, atau Utsman justeru yang lebih baik dari Ali bin Abi Thalib. Yang jelas, keduanya termasuk sepuluh sahabat yang dijamin Nabi Muhammad Saw masuk dalam surga. Keduanya disayangi Rasulullah, bahkan kecintaannya dibuktikan dengan mengambil keduanya sebagai memantunya. *** Suatu saat, seorang guru merekomendasikan kepada muridnya untuk berguru kepada seorang sufi ternama. Setelah melewati perjalanan yang amat panjang, sang Murid akhirnya bisa berjumpa dengan guru yang dimaksud. Betapa kagetnya setelah ia mengatahui rumahnya yang mewah bak istana raja. Ia bertanya kepada para tetangganya, apakah betul bahwa istana itu tempat tinggal sang Sufi sebagaimana yang direkomendasikan oleh gurunya. Semuanya menjawab “Ya”. Lebih kaget lagi setelah si pemilik istana itu datang dengan pakaian yang mewah dan kendaraan yang luar biasa bagusnya. Sang murid bertanya-tanya dalam hatinya, apakah benar yang dimaksudkan oleh gurunya. Akan tetapi karena telanjur sudah menempuh perjalanan jauh yang sangat melelahkan, iapun menjumpai Sufi yang kaya raya tersebut. Setelah menyampaikan salam dari gurunya, ia pun menyampaikan maksud dan tujuannya. Betapa kagetnya sang murid setelah mendengar kata-kata yang keluar dari lisan Sufi yang kaya raya itu. Ia berkata, “Tolong sampaikan salam saya kembali kepada gurumu. Aku berpesan agar dia tidak selalu sibuk dengan urusan dunia.” Bak disambar petir di siang bolong. Bagaimana mungkin orang kaya raya itu memberi nasehat kepada gurunya yang jauh dari kehidupan dunia agar tidak sibuk dengan urusan dunia. Bukankah yang lebih sibuk mengurus dunia adalah orang kaya tersebut? Ia pamit pulang, tidak jadi berguru kepada orang yang direkomendasikan oleh gurunya. Sesampai di padepokan gurunya, ia melaporkan semua kejadian yang dialaminya, termasuk nasihat orang kaya itu kepada gurunya. Sang murid lebih tidak mengerti lagi setelah sang guru yang sangat dihormati itu ternyata menangis dan membenarkan nasihat orang kaya raya tersebut. Sang guru akhirnya menjelaskan bahwa orang kaya raya yang dijumpai oleh muridnya itu memang memiliki istana yang mewah, kendaraan yang bagus, dan selalu berpakaian indah. Tanah perkebunannya luas serta memiliki pabrik yang mempekerjakan banyak karyawan. Namun demikian, harta yang melimpah itu tidak menyebabkannya lalai dan lupa kepada Allah Swt. Hartanya tidak mengganggu dzikirnya kepada Allah Swt. Ia tidak sombong karena hartanya dan jika sewaktu-waktu hartanya diambil oleh pemiliknya, Allah Swt, ia pun tidak merasa terhina karenanya. Ia memandang harta biasa-biasa saja. Sementara saya, kata sang Guru, biar tidak punya harta yang melimpah, tapi hari-hari masih disibukkan untuk memikirkan harta. Bahkan bisa jadi saya, kata sang guru, lebih sibuk memikirkan urusan harta dari pada si sufi yang kaya raya tersebut. Kepada orang yang diberi karunia rizki yang lebih oleh Allah swt, hendaknya mereka dapat mengelola hartanya sebagai sarana untuk mendapatkan harta kekayaan yang lebih besar kelak di akhirat. Tak perlu bersikap kontra produktif dengan meninggalkan kehidupan dunia. Janganlah mengharamkan yang dihalalkan oleh Allah Swt. Adapun terhadap orang-orang yang belum mendapatkan rizki lebih dari Allah Swt, hendaklah tetap menjalankan ketaatan kepada Allah Swt dengan tulus dan ikhlas. Nikmati kemiskinan dengan lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah Swt. Akhirnya, tidak ada halangan bagi orang kaya untuk menjadi shalih dan dekat dengan Allah swt. Demikian juga tidak ada alasan bagi orang miskin untuk tidak mendekat kepada Allah karena kemiskinannya. Orang kaya dan orang miskin mempunyai kesempatan yang sama untuk mendekati Allah Swt.

SUFI KAYA SUFI MISKIN



DI tengah era modern yang diwarnai kehidupan keduniaan (hedonisme) dan materialisme, masyarakat selalu disibukkan oleh aktivitas yang berkenaan dengan pengumpulan materi sebanyak mungkin. Ini seiring dengan tuntutan dan kebutuhan hidup yang makin kompetitif dalam arus globalisasi yang selalu berorientasi bisnis.
Dengan kata lain, manusia hidup di dunia ingin menjadi kaya dengan menempuh cara apa pun, halal atau haram. Keinginan untuk kaya bukan lagi keharusan tetapi sudah menjadi sifat dasar manusia modern.

Dalam tradisi tasawuf, para sufi menempatkan kemiskinan dan al-faqru (kefakiran) pada maqam (jenjang) yang tinggi sebagai salah satu syarat agar dapat wusul (sampai) dan makrifat (mengenal) Allah. Mereka mempraktikkan al-faqru dengan gaya hidup yang benar-benar jauh dari kemewahan dan kemegahan dunia.

Mereka memilih jalan hidup yang penuh penderitaan, kesedihan, cobaan dan kemiskinan.
Sebagai contoh Imam Ghazali dalam kitab karangannya Ihya Ulumiddin, memaparkan keunggulan dan keutamaan al-faqru sampai berpuluh-puluh halaman tetapi dalam memaparkan keutamaan harta dan kekayaan hanya sedikit dan sekilas.

Sebenarnya Islam tidak pernah melarang umatnya untuk mengumpulkan harta kekayaan (hubud dunya) sebanyak mungkin bahkan menganjurkan umatnya tidak melupakan bagian dunianya di samping akhiratnya. Islam menganjurkan adanya balance kepentingan duniawi dan ukhrawi sebagaimana firman Allah: "... Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah padamu kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan dunia". (QS Al-Qashash: 77).
Dikuatkan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Al-Khatib dari Anas: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang tidak meninggalkan akhirat untuk memperoleh dunianya dan tidak meninggalkan dunianya untuk memperoleh akhiratnya (tetapi harus keduanya) dan janganlah kamu membuat susah masyarakat".
Islam hanya tidak membenarkan hati kita terlalu kumanthil (lekat-lekat-red) terhadap harta benda sehingga dapat melupakan dan melalaikan kewajiban taat dan menyembah Allah SWT. Inilah inti dari sifat zuhud (menghindari dunia). Banyak orang salah mengartikan bahwa zuhud harus miskin dan menderita tanpa harta benda.
Padahal pengertian zuhud yang sebenarnya adalah sebagaimana penjelasan Sufi Agung Sufyan as-Tsauri, "Memendekkan angan-angan hati kita kepada urusan dunia bukan berarti makan yang tidak enak dan berpakaian compang-camping". Jadi bila ada orang yang kaya raya tetapi hatinya tidak selalu memikirkan dunia berarti orang tersebut mempunyai sifat zuhud dan sebaliknya bila ada orang miskin tetapi hatinya selalu memikirkan urusan dunia berarti orang tersebut tidak zuhud tetapi hubud dunya. Intinya, zuhud bukan dilihat dari kaya atau miskin tetapi dari hatinya.
Pengertian Zuhud
Pengertian zuhud sendiri dalam Alquran dijelaskan dalam surat Al-Hadid ayat 23: "Supaya kau tidak berputus asa terhadap sesuatu yang telah hilang di hadapanmu dan tidak terlalu gembira terhadap karunia yang datang padamu".
Ada yang unik dari penjelasan Al-Ghazali dalam Ihya-nya: "Az-Zuhdu fi az-Zuhdi bin idhari diddihi" (zuhud dalam pengertian zuhud yang sebenarnya adalah menampakkan perbuatan yang seolah-olah bertentangan dengan zuhud itu sendiri). Beliau mengartikannya kesempatan seorang arif yang zuhud adalah meninggalkan keinginan syahwatnya karena Allah tetapi terkadang juga menampakkan dirinya mengikuti syahwatnya dengan tujuan menutupi derajat kesufiannya di mata masyarakat sehingga ia tidak terganggu dari penilaian mereka seperti dihormati, dipuji, dikultuskan, diagungkan atau dicela.
Dalam Islam, harta kejayaan bisa menjadi sesuatu yang terpuji bila digunakan untuk kemaslahatan dan kepentingan dunia dan agama, sehingga dalam Alquran, Allah sering menyebut harta dengan khair (kebaikan) dengan catatan banyak atau sedikitnya rezeki tidak ditentukan ketakwaan seseorang tetapi memang sudah ditentukan dalam catatan amal sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Rezeki telah dibagi dan dialokasikan sesuai bagian yang telah ditentukan. Ketakwaan seseorang tidak berarti menambah rezekinya dan kefasikan seseorang tidak pula berarti mengurangi rezekinya".
Seorang sufi ternama, Said bin Musayyab pernah berkata tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mengumpulkan harta dari barang halal. Bahkan Sufyan as-Tsauri dengan tegas mengatakan, "harta di zaman sekarang adalah senjata ampuh bagi orang mukmin". Rasulullah SAW sendiri mengakui betapa pentingnya harta kekayaan sebagai penopang hidup manusia modern baik urusan dunia maupun agamanya sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh At-Tabrani : "Apabila akhir zaman datang maka penopang agama dan dunia seseorang adalah dirham dan dinar". Dari penjelasan di atas, jelaslah menanamkan pola hidup miskin di zaman modern sebagaimana yang diajarkan para sufi terdahulu merupakan konsep usang yang harus ditinggalkan dan sudah tidak cocok dengan era globalisasi sekarang.
Terbukti kini banyak para kiai, ulama dan mursyid tarekat yang nota bene pewaris para nabi mempunyai rumah mewah, kendaraan yang sangat mahal dan harta yang berlimpah. Sebuah pemandangan yang kontras dan jauh berbeda dengan gaya hidup panutannya, Rasulullah SAW.
Beliau menggoreskan sejarah hidupnya dengan hidup miskin tetapi tidak berarti menyuruh atau menganjurkan hidup miskin, sebab kenyataannya banyak sahabat beliau yang kaya raya bahkan beliau mengawinkan dua putrinya kepada sahabat yang kaya raya, Ustman bin Affan.
Ketika beliau ditawari hidup kaya oleh Allah, beliau menjawab dengan dua alasan, pertama, beliau malu kepada para nabi dan rasul terdahulu karena mereka merasakan kepedihan luar biasa dalam menyampaikan Risalah Allah, tidak hanya lapar dan miskin tetapi juga cacian, siksaan dan cobaan yang datang silih berganti, toh mereka tetap sabar dan tabah.
Ketika beliau ditanya tentang kebiasaan seseorang yang berpakaian dan memakai perhiasan bagus beliau menjawab: Inna Allah jamilun yuhibbul jamal (Allah adalah Tuhan Yang Maha Indah dan menyukai keindahan). Jadi beliau juga memberi justifikasi kepada umatnya untuk hidup mewah asal tetap taat dan tidak lalai terhadap kewajiban Allah. Adapun kepada umatnya yang hidup miskin, beliau menghibur dan meyakinkan bahwa Allah akan memberi anugerah yang besar melebihi orang kaya kepada orang miskin di akhirat kelak asal sabar dan menerima.
Yang menarik, ada penjelasan dari seorang sufi besar Imam as-Syadzili yang selalu menganjurkan hidup "ngota" dan parlente, beliau menyarankan pada para sahabatnya, "Makanlah makanan yang paling lezat, minumlah minuman yang paling enak, berpakaianlah dengan pakaian yang paling mahal sebab bila seseorang telah melakukan itu semua dan berkata "Alhamdulillah", maka semua anggota badannya menjawab dan mengakui dengan bersyukur. Sebaliknya bila seseorang makan hanya gandum dengan garam, berpakaian lusuh, tidur di lantai, minum air tawar kemudian ia berkata, "Alhamdulillah", maka seluruh anggota badannya malah marah, bosan dan mencela pada orang yang mengatakan itu, sebab anggota badan tersebut merasa tidak diberi hak yang selayaknya, tidak sesuai antara pernyataan syukur dan kenyataannya. Seandainya ia bisa melihat langsung, tentunya ia akan melihat kebosanan dan kemarahannya. Tentunya ia memilih dosa karena membohongi anggota badannya, kalau begitu lebih baik orang yang menikmati kesenangan dunia dengan penuh keyakinan kepada Allah sebab pada hakikatnya orang yang menikmati kesenangan dunia adalah melakukan sesuatu yang diperbolehkan Allah dan barang siapa menimbulkan kebosanan dan kemarahan pada anggota badannya pada hakikatnya melakukan sesuatu yang diharamkan Allah".
Dari penjelasannya, beliau memberikan pembenaran dan pembelaan yang kuat bahwa seorang sufi boleh hidup mewah di dunia dengan catatan memakai pakaian yang mahal dengan niat menampakkan nikmat Allah bukan untuk memuaskan nafsunya. Juga makan dan minum yang lezat dengan niat agar seluruh anggota badannya dapat bersyukur dengan anugerah yang telah diberikannya.
Bahkan beliau tidak menghendaki seorang sufi yang miskin, kelemproh, lusuh, kumal, dekil dan kucel. Ini dibuktikan dalam sejarah, beliau selalu memakai pakaian yang mewah dan mahal, berkendaraan yang bagus dan berbagai fasilitas yang serba lux, sangat berbeda dengan gaya hidup para sufi pada umumnya. Toh beliau tetap mempunyai reputasi dan nama yang harum sebagai sufi agung, dijadikan panutan dan dikagumi hingga sekarang. Sebab kenyataannya beliau menggunakan fasilitas kemewahan dunia semata-mata untuk kepentingan ibadah kepada Allah dan untuk kepentingan umum umat Islam pada zamannya, sebuah ibadah sosial yang dianjurkan dalam Islam.
Imam as-Syadzili mengilustrasikan gaya hidup mewahnya dengan sebuah kisah. Pada suatu hari ada seeorang yang hendak bertemu Imam Abu Hasan Ali al-Syadzili di rumahnya. Karena belum tahu rumahnya, ia bertanya kepada orang lain, orang itu segera pergi ke tempat yang ditunjukkan, begitu sampai ke alamatnya, ia tidak jadi masuk ke rumah itu, karena ia mendapatkan sebuah bangunan rumah bagai istana raja yang sangat indah dan megah. Ia tidak percaya kalau itu rumah tempat tinggal imam yang dicarinya. Dalam hatinya ia yakin bahwa seorang wali tidak akan hidup semewah itu. Seorang wali adalah orang yang hidup sederhana dan pasti mengamalkan zuhud, yaitu sikap menjauhi dunia. Melihat kenyataan itu, ia segera pulang, tetapi di tengah jalan ia berjumpa dengan seorang pengendara kereta kuda yang mewah mempersilakan naik bersamanya. Dengan penuh rasa waswas akhirnya ia menerima tawaran orang tersebut. Dalam pembicaraan di atas kereta, diketahuilah bahwa pengendara kereta itu tidak lain Imam Abu Hasan as-Syadzili sendiri.
Ketika ia tahu siapa yang ditumpanginya, ia pun tidak berani menyembunyikan niatnya semula dan mengatakan bahwa sebenarnya ia baru saja pergi ke rumah beliau. Namun niat itu digagalkan karena tidak percaya bahwa rumah itu adalah rumah Sang Imam. Mendengar penuturan tersebut, Imam Abu Hasan kemudian memberikan sebuah gelas yang berisi minuman anggur pilihan. Ia sangat kagum karena selama hidupnya belum pernah melihat dan meminum anggur semacam itu. Rasa kagum itu membuatnya merasa takut kalau anggur itu tumpah atau gelasnya terlepas dari genggamannya. Apalagi kereta yang ia tumpangi sedang lari kencang mengelilingi kota. Seluruh perhatiannya tertuju pada gelas dan anggur sehingga ia tidak bisa menikmati indahnya perjalanan dan megahnya pemandangan kota sekelilingnya.
Setelah selesai mengelilingi kota, kereta beliau berhenti di halaman rumahnya tanpa disadari orang tersebut, ia terus saja memperhatikan anggurnya. Ia baru sadar setelah Sang Imam bertanya kepadanya: "Bagaimana perjalanan tadi, apakah kamu bisa menikmati keindahan kota ini?" Ia tidak bisa menjawab karena selama perjalanan memang tidak melihat apa-apa selain anggur yang ada di tangannya. Sebelum orang itu menjawab, Imam Syadzili melanjutkan kata-katanya, "Nah, antara kamu, keindahan kota dan anggur di tanganmu itu ibarat aku sendiri dengan hartaku dan Allah dalam batinku. Karena perhatianku hanya tertuju kepada Allah, aku tidak pernah peduli apakah kota ini indah atau tidak." Orang itu memahami apa yang dilihat dan didengarnya. Ia gembira karena mendapatkan pelajaran zuhud dari Sang Imam.(18)



Home

“Memudahkan Pekerjaan” itulah kesimpulan saya tentang Karya kakmas Andri kali ini. Terutama pada kemampuan aplikasi ini untuk meringankan kerja dengan hasil maksimal.
 
Sangat cocok bagi Anda apapun profesinya, baik pengusaha, toko online, toko offline, dokter atau apapun itu. seperti :

  • Pedagang online yang mau meningkatkan omzet penjualannya
  • Pemilik blog/website yang mau meningkatkan traffic  
  • Pemain affiliate yang mau meningkatkan sales
  • Pemain youtube marketing yang mau meningkatkan view
  • Orang/perusahaan yang mau membangun brand
  • dan banyak lagi

Inilah solusi buat anda, tanpa bantuan jasa dari pihak manapun, dan dapat anda lakukan sendiri dengan mudah, cepat dan simple..... dan yang lebih dahsyatmya lagi disedikan database serta cara mendapatkan database tersebut tanpa anda perlu membeli ataupun kontrak dan sebagainya dan bahkan didukung dengan iklan yang tersebar hingga ratusan bahkan ribuan tempat. 


Tunggu apalagi.....
Buruan....
Harga sangat terjangkau dan dapat anda jual kembali


TAJJALI AYAT SUCI ALQURAN

TAJJALI AYAT SUCI ALQURAN

Mawlana Syaikh Nazim Adil Al Haqqani qs dan Mawlana Syaikh Hisyam Al Kabbani Ar Rabbani qsShuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

[10 menit pertama terlewat. Mohon maaf atas segala kesalahan dalam transkripsi ini, bila ada bantuan untuk menambahkan bagian yang terlewat akan sangat dihargai sebagai suatu koreksi.]
Jadi seorang anak akan berkembang dalam rahim ibunya seperti khalwat. Dalam khalwatnya, anak itu akan mampu melihat alam surgawi. Tetapi setelah dilahirkan, ketika anak itu mulai diberi makanan oleh orang tuanya, hatinya lambat laun akan tertutup dengan kegelapan.Manifestasi dari madad atau dukungan yang kontinu, yang mengalir di dunia ini dari langit, dari lingkungan spiritual di luar bumi yang suci dan murni—energi itu datang memanifestasi dirinya dan dia ingin termanifestasi lagi, lebih dari apa yang dia manifestasikan.
Dan setiap orang bisa mendapatkannya, tetapi masalahnya adalah energi ini menjadi terkurung dan terbelenggu dalam kegelapan di hati orang yang sepenuhnya jatuh dalam kegelapan atau tidak.Itulah sebabnya mengapa kalian dapat menjumpai banyak orang di seluruh dunia dapat melepaskan energi, yang dalam bahasa Arab kita sebut, al-madad, yang datang dari Allah SWT, madad-ullah, dalam bahasa Inggris bisa disebut the continous flow of energy (aliran energi yang kontinu). Beberapa orang karena hati mereka tidak sungguh-sungguh berwarna hitam tetapi berkisaran dari sangat putih transparan ke warna yang agak gelap: oranye, merah, hijau, biru sampai menjadi gelap.
Jadi menurut level mereka, mereka dapat menggunakan energi itu dan melepaskannya. Itulah mengapa sebabnya ada yang disebut sebagai pemula dalam ilmu ini, yang lain sebagai murid, ahli, guru, beberapa orang menjadi awliyaullah, beberapa orang menjadi Awtaad, sampai mereka meraih level tertinggi dari Ghawts. Itulah sebabnya mengapa kita mempunyai 5 qutub dan Ghawts dan kita mempunyai banyak dari level Budala, Nujaba, Nuqaba, Awtaad, dan Akhyaar.Pada masing-masing level, terdapat perbedaan situasi yang termanifestasi dalam energi yang dapat mereka berikan kepada manusia.
Kepada orang yang lain.Hati yang telah mengambil warna dari jalan itu, yaitu bagaimana agar kalian lebih dekat kepada kebaikan, hati dapat mengambil warna yang berbeda, mengambil manifestasi yang berbeda dan mengambil lebih banyak kebaikan dan lebih baik dalam menyembuhkan. Jika lebih banyak ke arah kejahatan maka hati menjadi jatuh dan menjadi semakin gelap dan tidak dapat memiliki energi untuk memberikan ide atau opini. Allah SWT akan memberi pada lidah hamba-hamba-Nya untuk berbicara menurut apa yang mereka—ketika kalian makan, apa yang kalian lakukan dengan makanan itu—mengunyah. Berapa banyak yang dapat kalian kunyah? Itulah sebabnya mengapa sebagian orang tidak dapat makan kecuali jus, mereka tidak dapat mengunyah. Beberapa orang dapat mengunyah sedikit. Yanglain lebih besar. Itu tergantung pada kapasitas kalian dan kemampuan dalam mengunyah dan merasakan sekaligus. Beberapa orang tidak mempunyai kapasitas untuk merasakan. Beberpa orang bahkan tidak bisa merasakan.Dan lebih dari itu ada kapasitas dan kemampuan untuk mencium.Beberapa orang mungkin tidak dapat mencium.
Jadi itu tergantung dari berapa banyak yang dapat kalian ambil lalu kalian akan mulai diberikan kekuatan itu. Jika hati kalian telah dibersihkan dari pikiran-pikiran buruk dan perbuatan-perbuatan buruk dan kalian menghilangkan karakteristik buruk dalam hati kalian dan roh kalian dan menjaga roh kalian tetap bersih seperti ketika kalian baru dilahirkan maka setiap kebaikan yang telah Allah SWT berikan kepada umat manusia, sebagaimana Dia berfirman, wa laqad karamnaa Banii Adam as [17:70], kalian akan diberikan kata-kata yang sangat berharga, keelokan dalam berbicara dan penyembuhan menurut aliran energi yang kontinu yang termanifestasi pada lidah kalian dan pada kekuatan penyembuhan kalian, itulah sebabnya kalian melihat orang yang dapat berbicara dengan baik.
Tetapi mereka tidak dapat menyembuhkan dengan baik. Masih ada pergulatan di antara warna-warna yang berbeda. Kemudian kalian dapat melihat orang yang dapat menyembuhkan dengan baik tetapi mereka tidak dapat berbicara Artinya masih berada pada warna-warna yang berbeda. Ada beberapa orang yang dapat berbicara dengan baik dan juga menyembuhkan dengan baik. Mereka ini adalah awliyaullah, mereka adalah teman-teman Allah SWT. Jadi jika hati kalian di-update sebagaimana kini merekameng-update setiap orang di antara kalian dalam komputer mereka setiap pagi dan ada orang-orang yang yang lebih maju, mereka tidak perlu untuk di-update, mereka telah meletakkan sebuah piranti lunak (program—red) di mana komputer dapat meng-update dirinya sendiridengan mendeteksi jika ada virus atau tidak; atau komputer yang lebih kuat, ada piranti lunak yang dapat meng-update dirinya secara otomatis.
Ada beberapa orang yang tidak begitu pintar, komputer mereka pun sangat lambat dan tidak mampu menyimpan banyak informasi, sementara itu ada pula beberapa orang yang mempunyai virus dalam komputer mereka. Ada level-level yang berbeda. Komputer kita—jika kita dapat membuatnya agar dapat meng-update sendiri—itulah level tertinggi. Dan jika tidak, kita harus tetap meng-update-nya. Dengan apa? Dengan zikrullah. Mengingatkan diri sendiri akan Kebesaran Allah SWT dan kebesaran dari apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita dalam Alquran yang suci. Itulah sebabnya mempelajari dan memahami Bahasa Arab—paling tidak membaca Alquran—adalah sangat penting. Karena ini adalah huruf-huruf dari cahaya yang memantulkan cahaya dalam hati kalian. Huruf-huruf ini akan memantul dengan cara yang mereka tuliskan dalam Alquran. Tidak semua yang ditulis dalam bahasa Arab memberi kalian cahaya; hanya Alquran yang suci dan Hadis.

Mereka mempunyai kode-kode rahasia. Ketika kalian melihat dan mencoba untuk mengucapkan huruf-huruf ini, cahaya akan membersihkan hati kalian dan mengisinya sehingga semakin penuh dengan cahaya sampai ia menjadi transparan seperti cangkir yang bersih. Kemudian cahaya tersebut dapat mengambil sesuatu dan memperlihatkannya pada level tertinggi dari transparansi dan pembesaran. Itulah sebabnya pada saat hati kalian begitu bersih maka kalian akan mendapat wahiy (wahyu)—itulah yang datang pada Nabi SAW dan seluruh nabi, atau ilham bagi orang biasa. Wahyu berakhir dengan Nabi SAW, penutup para nabi. Tetapi ilham berlaku untuk semua orang. Jadi jika hati kalian suci, setiap saat kalian akan menerima sinyal-sinyal inspirasi dari apa yang diperlukan bagi setiap orang dan untuk orang-orang di sekeliling kalian. Tetapi kalian bertanggung jawab atas mereka.

Tetapi jika hati kalian masih gelap, artinya tidak dapat mendapat sesuatu dan tidak dapat melihat sesuatu dan tidak dapat menyembuhkan, maka apapun yang kalian katakan akan menjadi seperti sampah yang datang dari lidah kalian, sesuatu yang tidak bersih, kotor. Kotor di sini tidak berarti kata-kata yang buruk, tetapi maksudnya hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat kalian dan untuk orang lain. Itulah sebabnya sangatlah penting untuk menjaga kesucian hati kalian. Karena hal itu akan termanifestasi melalui banyak hal. Lihatlah dalam Alquran yang suci, ada banyak hal yang memanifestasikan dirinya sendiri dan jika kalian mengucapkannya berulang-ulang dengan cara (jumlah—penerj.) yang berbeda-beda, kalian akan mampu menerima energi itu.

Di dalam Alquran, kata malaikat diulang 88 kali. Apa kebalikan dari malaikat? Kebalikan dari malaikat adalah syayatiin. Berapa kali ia disebutkan dalam Alquran? Angka yang sama sebanyak kata malaikat disebutkan. Kedua kata ini diulang sebanyak 88 kali. Jika kalian ingin menulis sebuah buku, kalian tidak dapat melakukan hal seperti itu. Dan selama 23 tahun Alquran diturunkan kepada Nabi SAW, itulah wahiy, wahyu. Jika kalian mempunyai sebuah taman yang indah, kita sebut apa di dunia? Jannat, taman. Kebalikan dari taman adalah naar atau jahannam. Kata jannat di dalam Alquran diulang sebanyak 77 kali dan naar diulang sebanyak 77 kali, dari awal Alquran yang suci sampai akhir, kalian dapat menghitungnya dalam surat-surat yang berbeda dan ayat-ayat yang berbeda sebanyak 77 kali untuk jannat dan naar.

Kemudian kurangilah dari (jumlah) malaikat sebanyak 10 kali dan kurangi dari syayatiin sebanyak 10 kali dan itu juga mempunyai sebuah makna. Itu karena 10 adalah 1, yaitu 1 dan nol. Kalian harus menjadi muwwahid untuk menjadi bersama malaikat. Untuk meraih naar, kalian mengikuti 1, yaitu Iblis. Jadi perbedaannya adalah 1 dan nol. Sama dengan satu. Jika kalian ingin berterima kasih kepada Allah SWT atas nikmat-Nya,—ni`am. Kebalikan ni`am adalah penderitaan. Jadi syukur dalam Alquran yang suci diulang sebanyak 75 kali dan penderitaan 75 kali. Tidak lebih dan tidak kurang. Jadi jika kalian mempunyai masalah kalian bersyukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan syukran lillah. Jika kalian mengucapkannya sebanyak 75 kali, itu akan termanifestasi pada diri kalian, bersyukur pada Allah SWT itu. Jika kalian mengalami penderitaan—maka ucapkanlah Ya Hafiizh 75 kali, maka penderitaan kalian akan hilang. Jika kalian mengulangi 77 kali Allaahumma arzuqna al-Jannat, Ya Allah, anugerahkanlah kami surga, itu akan termanifestasi pada kalian untuk memasuki Surga. Jika kalian mengucapkan 77 kali Allaahumma ajirna min an-naar, Ya Allah jagalah kami dari api Neraka, maka hal ini akan termanifestasi dengan terlindunginya kalian dari api Neraka. Jika kalian mengucapkan, “Ya Allah hiasilah diri kami dengan malaikat-Mu.” 88 kali, manifestasinya 88 kali. Jika kalian mengucapkan Allaahumma ?? dari setan, maka itu akan termanifestasi pada kalian bahwa semua setan dan kejahatan akan dijauhkan dari hati kalian.

Jadi dengan bilangan-bilangan tadi, kalian dapat menyembuhkan orang dengan 3 contoh yang baru saja saya berikan. Pertama dengan malaikat, kedua dengan Surga, dan ketiga dengan Syukur. Dan kita memberikan 3 kebalikannya, Syayatiin, naar dan masa’ib.Jadi ketika seseorang datang dan berkata, “Aku mempunyai penderitaan,” katakan padanya untuk mengucapkan Ya Hafiizh. Jika kalian mengucapkannya 76 kali maka itu tidak akan berhasil, ia bekerja sebagaimana syukur tetapi bukan untuk perlindungan. 75 kali akan termanifestasi untuk menghilangkan penderitaan. Syukran lillahi atau syukur atau katakan dalam awrad yang diberikan oleh para syekh kita, kita memiliki syukran lillahi atau Alhamdulillah 75 kali, yang mana pun bisa.Dan ini akan menyembuhkan dan menjaga, ini akan memberikan penyembuhan terhadap syukur, kalian akan tetap sehat dan terjaga segala sesuatu yang telah diberikan pada kalian dan Allah SWT akan memberikan lebih banyak lagi.

Dan jika kalian mempunyai penderitaan, jika kalian mengulangi Ya Hafiizh maka penderitaan kalian akan dihilangkan dengan 75 kali pengulangan. Jika kalian melihat (kata) dunia, ia disebutkan sebanyak 115 kali dan akhirat juga disebutkan sebanyak 115 kali. Jika kalian mengucapkan Rabbana atina fid-dunya hasanatan 115 kali, maka Allah SWT akan terus memberikan kalian di dunia ini hasanaat, kebaikan. Kalian tidak akan menemui suatu kesulitan dan jika kalian mengucapkan sekali lagi sebanyak 115 kali, maka kalian akan menerimanya di akhirat dan kalian akan berada dalam hadirat Nabi SAW. Jadi ada banyak nama-nama yang berbeda dalam Alquran `azhiim asy-syaan yang diberikan kepada kita untuk dipelajari, untuk menjaga diri kita dalam jalan yang baik dan untuk menyembuhkan orang lain dengan ini dan untuk membuat mereka mampu menerima manifestasi (tajjali) surgawi dan manifestasi Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah SWT yang datang pada kita. Jika kalian melihat pada nama, berapa banyak nama para rasul disebutkan dalam Alquran, kalian akan menemukan bahwa mereka disebutkan sebanyak 368 kali, ar-rasul. Seorang nabi dan rasul artinya bahwa dia menyampaikan risalah. Itu disebutkan sebanyak 368 kali.

Jika kalian melihat pada nama an-naas, itu juga disebutkan dalam Alquran sebanyak 368 kali. Itulah sebabnya jika kita membaca nama rasul sebanyak 368 kali, Allah SWT akan menghiasi kalian manifestasi itu dari para rasul dan kalian akan mewarisi dari rahasia-rahasia itu. Ada banyak orang yang mengucapkan bi jaahi rasuulik al-Musthafa. Itulah sebabnya mengapa seorang tuna netra ketika ia datang, dia diajarkan oleh Nabi SAW untuk meminta dengan nama Muhammad SAW. Jadi jika kalian mengucapkan nama Muhammad SAW, seolah-olah kalian mengucapkan nama seluruh rasul. Jadi jika kita mengucapkan selawat atas Nabi SAW dengan niat terhadap apa yang kita inginkan, (keinginan) itu akan diberikan pada hitungan ke-368.

Jadi sebagaimana dalam hadis tentang orang buta, jika kalian menempatkan niat kalian untuk apa yang kalian inginkan dan membaca selawat Nabi SAW 368 kali yang paling penting adalah selawat-munjiyyah atau selawat orang buta, maka Allah SWT akan mewujudkan kekuatan selawat tadi pada diri kalian dan kalian dapat melakukan banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Jika kalian membaca, ilahii anta rabbuna al-Qadir wa nahnu ibadik al-`ajizuun, 368 kali, kalian akan didandani dengan manifestasi dari kekuatan yang akan termanifestasi pada diri kalian untuk melaksanakan itu dari nama-Nya yang indah al-Qadir.Jika kalian melihat pada kata sabar, yang berasal dari kata Shabuur, kesabaran atau untuk bersabar, disebutkan dalam Alquran yang suci sebanyak 102 kali. Apakah lawan kata dari sabar? Itu adalah syiddah. Ketika kalian bersabar akan sesuatu, ada sesuatu yang sangat sulit dalam bahasa Arab dikatakan syiddah, yang lebih (hebat) dari kesulitan ketika kalian berada dalam suatu masalah yang sangat besar. Syiddah disebutkan dalam Alquran sebanyak 102 kali. Jika kalian mengucapkan Ya Shabuur 102 kali, itu akan menghindari kalian dari kesulitan-kesulitan ini dan memberikan kalian kesabaran. Dan banyak lagi yang seperti itu, waktu tidak mencukupi untuk menerangkan seluruhnya, tetapi itu akan menunjukkan kepada kita bagaimana Alquran membawa semua nama yang berbeda ini, yang jumlahnya serupa.

Setiap dua yang berlawanan mempunyai jumlah yang sama banyak dalam Alquran yang suci, yang dapat membuat kalian, sebagaimana Allah SWT katakan, wa nunazzilu min al-Qur’an maa huwa syifa'un wa rahmatul lil mu’miniina wa laa yaziiduzh- zhaalimiina illa khasaara [70:82]Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.Jika kalian melihat pada kata al-imaan, disebutkan dalam Alquran yang suci sebanyak 811 kali. Jika kalian melihat kata al-ilm juga disebutkan sebanyak 811 kali.Kalian lihat bahwa selalu ada jumlah yang sama yang telah disebutkan berulang-ulang dan bahwa ada sesuatu yang tidak dapat dipahami manusia. Dan saya akan mengakhirinya sampai di sini, Insya-Allah, kita akan menerangkannya lebih banyak lagi nanti.

Berikut ini adalah ringkasan Wirid yang disebutkan dalam shuhba Mawlana Syekh Hisyam QS di atas:

88 kali:Allaahumma afidh `alayna min tajalliyaati malaaikati qudsik aw hadhratikYa Allah, curahkanlah kepada kami dari tajalli (manifestasi) para Malaikat di Hadirat-Mu.Allaahumma ba`ad `annaa asy-syayaathiin wal abaalisa minal insi wal-jinnYa Allah, jauhkanlah kami dari setan dan iblis dari golongan jin dan manusia

77 kali:Allaahumma arzuqna al-jannahYa Allah, karuniakanlah kepada kami SurgaAllaahumma ajirnaa min an-naarYa Allah, lindungilah kami dari api Neraka

75 kali:Syukran lillaah atau alhamdulillaahTerima kasih kepada Allah SWT atau segala puji bagi Allah SWTYa HafiizhWahai Yang Maha Memelihara

115 kali:Rabbanaa atinaa fid-dunyaa hasanahYa Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia iniWa fil-aakhirati hasanahDan kebaikan di akhirat

368 kali:Ilaahi anta rabbuna al-Qaadir wa nahnu `ibaadik al-`aajizuunYa Ilahi, Engkau adalah Tuhan kami Yang Maha Perkasa dan kami adalah hamba-Mu yang lemah

102 kali:ash-ShabuurYang Maha Sabar


811 kali:al-Iimaan = yakinal-`ilm = ilmu

sumber : http://energienlightment.blogspot.co.id

KITAB DIRI EMPAT

KITAB DIRI EMPAT


KITAB ILMU MAKRIFAT TO’GURU PERAMU

Manuskrip yang disebut itu tiada dicatitkan siapa pengarangnya tetapi ada disebutkan sebagai ILMU DAN MAKRIFAT TOK GURU PERAMU. Ianya ditulis dalam Bahasa Melayu lama dengan ejaan jawi lama. ( contoh ba wau mim bukan bom tetapi bumi )Fakir tidak pasti sama ada manuskrip ini benar benar hasil karangan Tok Guru Peramu atau ditulis oleh orang lain yang merujuknya sebagai Ilmu Makrifat Tok Guru Peramu. Namun fakir membiarkan perkara penulis ini sebagai satu persoalan yang tidak dapat fakir selesaikan dan menganggapnya manuskrip itu sebagai satu bahan sumber ilmu yang bernilai yang barangkali ditulis atau bersumberkan ilmu dari Tok Guru Peramu yang terkenal itu.Namun begitu perlu ditegaskan bahawa apa apa juga pendapat, fahaman dan tafsiran manuskrip ini merupakan pendapat, fahaman dan tafsiran penulis manuskrip dan bukannya pendapat , fahaman dan tafsiran fakir.Ada juga terdapat beberapa bahagian dan tulisan khususnya ayat ayat Al-Quran dan hadith hadith yang ditulis mengikut tulisan Arab yang tidak dapat fakir masukkan dan salin kedalam entri kerana kelemahan fakir sendiri dalam perkara ini. Jadi yang diambil hanyalah terjemahan ke- Bahasa Melayunya sahaja.KESIMPULAN HATI
Pertama Hati Yang Beriman Lawannya Kafir
Kedua Sum’ah Lawannya Bid’ah
Ketiga Hati Yang Taat Lawannya Maksiat

Dan HATI inilah tempat NIAT yang menentukan SAH SOLAT atau lain lain pekerjaan.

KEDUDUKAN NIATBahawa NIAT itu tempatnya di HATI, tidak berhuruf dan bersuara sebagai letaknya harus melaksanakan :-QASAD menunjukkan ZAT akan SIFATNYA kepada yang disifatkanTAKRID menentukan ZAT akan SISATNYA dan kepada yang disifatkan.TA’AYUN sabenar2nya AKU menyatakan DIRI AKU dalam TAUHID Takbiratul Ihram Aku kepada Sifat yang disifatkan.
Maka karamlah DIRI dalam lautan tidak bertepi itu nescaya SOLAT bukan lagi ENGKAU / AKU tetapi AKU ZAT yang melahirkan Kerja Aku dalam rupaku yakni SifatKu yang nyata dalam kelakuan hambaKu. Engkau tiada UPAYA dan KEKUATAN untuk melakukan solat itu malahan engkau lakukan atas Kurniaan & Rahmat Aku semata-mata.

Kenapa engkau merasa ada kewujudan dalam hidup ini sedangkan WUJUD itu adalah Aku semata-mata ? Yang mengerjakan kelakuanmu itu Aku atas Kudrat & IradatKu. Yang menentukan waktu pun Aku, Aku punya Ilmu. Tanpa itu engkau tiada hambaku. Aku sengaja menyatakan DIRIKU padamu dan Aku memuji DiriKu diatas lidahmu wahai hambaku.

Jangan sekali-kali ada rasa didalam hatimu bahawa engkau mempunyai kemampuan untuk memujiKu . Ketahuilah bahawa engkau adalah hambaKu yang FAKIR berhak menerima PemberianKu.

TIANG SOLAT
a. HADIR HATI yakni menghadap Allah dan membuangkan segala yang GHAYR (yang lain selain Allah ) didalam solat
b. KHUSU’ / TETAP HATI didalam solat yakni tidak merayau –rayau fikiran kemana mana.c. SEMPURNA bacaan FATIHAH
SAH SOLAT

a. Sah solat kerana SAH WUDHU’
b. Sah Wudhu kerana Sah ISTINJA
c. Istinja itu membersihakan anggota badan dari berupa bentuk najis besar mahupun kecil.
KESEMPURNAAN ISLAM

Nota oleh Fakir – S = Soalan , J = Jawapan  S Yang dikatakan ISLAM berapa kesempurnaannya ?J Tiga Perkara :-a. Diikrarkan dengan lidah
b. Ditashdiqkan dalam hati
c. Dikerjakan dengan anggotaS Berapa tandakah yang dikatakan sesaorang itu Islam ?
J Empat perkara :-

a. Merendahkan diri keHadrat Allah dan sesama islam
b. Suci lidah dari memakan dan meminum benda haram
c. Suci lidah dari dusta dan mengumpat
d. Suci badan daripada Hadath Besar

S Yang dikatakan Islam berapa syarat pakaiannya ?

J Empat perkara :-

a. Sabar akan Hukum Allah SWT
b. Ridha akan Qadha Allah SWT
c. Menyerahkan Diri kepada Allah dengan tulus ikhlas
d. Mengikut Firman Allah dan Hadith Nabi.

S Apakah yang membinasakan Islam ?

J Empat perkara :-

a. Berbuat sesuatu amalan yang tiada dasar dari Islam itu sendiri
b. Mencela orang berbuat baik & meringankan Hukum Allah SWT
c. Diketahui tetapi tidak dibuat
d. Tiada tahu tetapi malas bertanya

Adapun Makrifat yang mesti diketahui itu ialah 20 Perkara terbahagi kepada 5 Bahagian…….

BAHAGIAN PERTAMA :-

Hendaklah diketahui 4 perkara yakni :-Pertama Allah sabelum bernama Allah apa NamaNya ?
Kedua Muhammad sebelum bernama Muhammad apa namanya ?
Ketiga sebelum hari yang tujuh itu apa namanya ?
Keempat sebelum Waktu Yang Lima itu apa namanya waktu itu ?
BAHAGIAN KEDUA

Hendaklah juga kamu ketahui 4 perkara lagi.
Pertama 40 hari hendak mati
Kedua 7 hari hendak mati
Ketiga 3 hari hendak mati
Keempat 24 jam sebelum mati.
BAHAGIAN KETIGA

Lagi 4 perkara yang perlu kamu ketahui
Pertama hendaklah KENAL DIRI kamu
Kedua hendaklah kenal NYAWA kamu
Ketiga hendaklah kenal PENGHULU kamu
Keempat hendaklah kenal TUHAN kamu
BAHAGIAN KEEMPATHendaklah ketahui akan ZIKIR PENYERAHAN NYAWA kepada Allah . Ada 4 perkara juga.
Pertama Serahkan dengan ZIKIR AF’AL yakni La Ilaha Illallah
Kedua serahkan dengan ZIKIR ASMA’ yakni Allah Allah Allah
Ketiga serahkan dengan ZIKIR SIFAT yakni Hu Hu Hu
Keempat serahkan dengan ZIKIR ZAT yakni Ah Ah Ah
BAHAGIAN KELIMAHendaklah ketahui berkenaan RUH juga 4 perkaraPertama RUH JASMANI yaitu TUBUH kita yakni DIRI TERJALLI
Kedua RUH RUHANI yaitu HATI kita yakni DIRI TERPERI
Ketiga RUH IDHAFI yaitu NYAWA kita yakni DIRI YANG TERPERI
Keempat RUH AL-QUDDUS yaitu RAHSIA kita yakni DIRI YANG WUJUD.
MUHAMMAD…………..Adapun nama MUHAMMAD itu jadi TUBUH pada kita.
Tubuh kepada Muhammad jadi NYAWA pada kita
Hati kepada Muhammad jadi NYAWA kepada kita
Nyawa kepada Muhammad jadi RAHSIA kepada kita.
TUBUH……………..

Adapun yang bernama TUBUH itu PERBUATAN yang datang daripada HATI.
Perbuatan Hati datang daripada Nyawa
Perbuatan Nyawa datang daripada Rahsia
Perbuatan Rahsia datang daripada AF’AL ALLAH.
FUAD…………….

Adapun yang bernama MATA itu ialah untuk MELIHAT dan orang yang melihat itu tempatnya pada MATA HATI pada JANTUNG.
Didalam jantung ada FUAD
Didalam Fuan ada CAHAYA
Didalam Cahaya ada RAHSIA
Didalam Rahsia itu adalah saperti Firman Allah SWT yang berbunyi :-Al Insanu Sirri…Wa Ana Sirruhu
Insan itu adalah rahsiaKu dan Akulah rahsianya.
KENAPA NAMA MUHAMMAD ? ( Rahsia Muhammad )Adapun sebab Nabi Muhammad itu bernama Muhammad kerana Kehendak Allah.
Sekalian ( Keseluruhan / Semuanya ) Alam ini terjadi kerana Muhammad saperti dinyatakan didalam Hadith Qudsi :-Sekalian jadi daripadamu Ya Muhammad dan engkau jadi daripada AKUSabda Baginda Rasul :-Aku jadi kerana Allah dan sekalian alam jadi kerana aku.
RAHSIA MUHAMMAD ( Mim Ha Mim Dal )
KETERANGAN HURUM MIM AWAL MUHAMMAD (MIM AWAL )Pertama menunjukkan ZAT hambanya berdiri solat
Kedua Tempat Makrifat tatkala Qiam
Ketiga Zikir Bagi Zat yaitu ZIKIR RAHSIA
Keempat tatkala itu Tuhan bernama AHDIAH
Kelima semasa itu Tuhan Semata-mata . Belim ada terjadi apa apa akan masa itu bernama AH…( Alif Ha )
KETERANGAN HURUM HA MUHAMMAD ( HA )Artinya SIFAT HAMBA yakni RUKUK dalam solat
Tempat HAKIKAT yaitu Rukuk
Zikir bagi Sifat yakni Nyawa
Tatkala itu Tuhan bernama WAHDAH
KETERANGAN HURUM MIM KEDUA MUHAMMAD ( MIM KEDUA )Artinya ASMA’ HAMBA yaitu SUJUD dalam solat
Tempat TARIQAT tatkala Sujud
Tatkala itu Tuhan bernama WAHADIAH
Tatkala itu Tuhan TAJALLI sabenar-benarnya meliputi NUR MUHAMMAD. Masa itu Tuhan bernama ALLAH SWT
KETERANGAN HURUM DAL MUHAMMAD ( DAL )AF’AL HAMBA yaitu DUDUK dalam solat
Tempat SYARIAT yaitu tatkala dalam Duduk
Zikir bagi Af’al yaitu TUBUH La Ilaha Illallah
Tatkala itu Tuhan ibarat LA ( Lam Alif )
Tatkala itu bercampur RAHSIA dengan NYAWA dan ANASIR ADAM ( Alif Dal Mim )
KEJADIAN DIRI.Adapun kejadian DIRI itu terkandung dalam 20 perkara dibahagi kepada 4 bahagian
Bahagian Pertama1 Jenis ZAT Diri Wujud Rahsia Kita Alam Lahut Ruh Al-Quddus2 Jenis SIFAT Diri Terdiri Nyawa Kita Wujud Mutlak Ruh Idhafi
Alam Jabarut3 Jenis ASMA’ Diri Terperi Hati kita Wujud Alam Ruh Ruhani
Tubuh halus4 Jenis AF’AL Diri Tajalli Jasmani Wujud Idhafi Tubuh Yang Zahir
Bahagian Kedua

1 Wujud Wujud mutlak – Wujud Hakiki – Wujud Idhafi Wujud Tajalli2 Ilmu Ilmu Hakiki – Ilmu Maklumat – Ilmu Fikir – Ilmu Ma’dom
Al-Asma’3 Nur Nur AlHadi – Nurul quddus – Nur hadi – Nur Al-bayan4 Suhud Suhud Al-Ain – Suhud Khadafi – Khaliq Al-Asmat
Suhud Taufil
Bahagian Ketiga

1 Angin Angin Niat –Angin Padtar – Angin Sarsa – Angin Serul2 Api Al-Hayat – Al-Muja – Sajin3 Air Maal Hayat – Maal Kus – Maal Zam Zam – Maal Hain4 Tanah Tanah Firdaus – Tanah Tiin – Arbail baasir – Tiin Siipaab
Bahagian Keempat1 Di Jadi Ruh Masripah – Tubuh – Af’al2 Wadi Jadi Tulang – Tariqat – Hati – Asma’3 Mani Jadi urat – Haqiqat – Nyawa – Sifat4 Ma’nikam Jadi Nyawa – Makrifat – Rahsia – Zat
Bahagian Kelima

1 LA ( Laf Alif )Ucapan bagi Tubuh menjaga kulit dan bulu Qalbi kepada Baitullah2 ILAHA ( Alif Lam Ha )Ucaoan bagi Hati penjaga daging dan darah Qalbi kepada Baitulmakmur3 ILLA ( Alif Lam Alif )
Ucapan bagi Nyawa penjaga urat dan tulang Qalbi kepada Arasy

4 Allah ( Alif lam Lam Ha )

Ucapan kepada Rahsia penjaga urat dan sumsum Qalbi kepada Allah

KEJADIAN BENIH

HU QALBI itu RABBI terdiri Aku didalam Sifat Nafsiah Aku dikandung dalam Wujud Allah La Ilaha Illallah Muhammadur Rasullullah Fi Kul Lil Maha Tiin Wa Naf Sin Aa Da Da Maa Wa Si A-Hu Il MullahAdapun asal kejadian BENIH manusia daripada MA’NIKAM daripada Syurga, dirupakan Allah SWT turun kepada HU GHAIB rupa Allah jadi Ma’nikam rupa gilang gemilang hingga tujuh petala langit dan tujuh petala bumi- kemudian manikam itu jatuh kepada ubun ubun bapa 100 hari- kemudian manikam itu jatuh kejantung bapa 40 hari- kemudian manikam itu jatuh ke Hati Nurani Cahaya Haq 7 hari
– kemudian Manikam itu jatuh TA’AYUN HATI berupa air 3 hari

– kemudian manikam itu MERTABAT ZAT pada pinggang bapa 24 jam

– kemudian Manikam itu jatuh kerahim ibu dengan rupa huruf ALIF

– kemudian Manikam itu kepada ALAM RUH berkumpul saperti biji . Itulah sebab ia bernama Manikam

– kemudian manikam bersifat ia bernama ALAM MITHAL. Ini yang bernama saperti Firman Allah : al insanu sirri wa ana sirruhu

– kemudian ia menilik dirinya terlalu indah, lalu lupa kepada dirinya bila bercampur dengan darah ibunya. Maka hilanglah rupa itu dan bernama pula ia ALAM AJSAM yakni Alam Kasar. Kemudian bila sampai janji, keluarlah ia dari kandungan ibunya dan hilanglah rupa yang dilihat maka menangis ia sebab suara inilah bernama ALAM INSAN.

BILA AKHIR HAYATBila akhir hayat kita dapati BERDENYUT-DENYUT PUSAT saperti asap serta kita mendengar ucapan :-ALASTU BI RAB BIKUM – AH ( Alif Ha ) ANA MA – KAA NA BII MAA KAA NA MASA KAA NA.Maka jawablah :-YA ANA LA ILA HA ILLALLAH – 3 kali
Kemudian nampak cahaya KEBESARAN ALLAH maka kita zikir ALLAH – 3 kali

Kemudian kita nampak KALIMAH ALLAH maka kita zikir HU – 3 kali

Kemudian kita dengar UCAPAN TUHAN : ANA ALLAH LA ILA HA ILLALLAH ANA….serta terus kita memandang akan KEBESARAN ALLAH maka kita zikir AH – AH- AH ( Alif Ha ).

Maka tamatlah riwayat kita. Ruh kembali ke Rahmatullah. Hasanul Khatimah.

ALHAMDU …..( Alif – Lam – Ha – Mim – Dal )
ALIFHuruf ALIF itu WAKTU SUBUH. Nabi Adam a.s cahayanya putih. Malikatnya Jibrael Ruhani. Sahabatnya Abu Bakar & Fatimah Keluar dari huruf ALIF itu DUA RAKAAT kerana TAJALLI Tuhan dua mertabat yakni MERTABAT ZAT atau AHDIAH dan Mertabat SIFAT atau WAHDAH. Istananya dibawah susu kiri . Keluar cahaya pada dahi. Kenyataan pada kita ialah MULUT & LIDAH
LAMHuruf LAM itu waktu ZUHUR. Nabi IBRAHIM cahayanya Kuning. Malaikatnya MAKRIBUN. Keluar dari huruf Lam itu empat rakaat kerana TAJALLI Tuhan WUJUD – ILMU – NUR – SUHUD. Istananya pada HATI di lambung susu kiri yaitu RUH MAZIFAH. Kenyataan pada kita ialah HIDUNG & MATA
HAHuruf HA ini waktu ASAR. Nabinya Nabi Yunus a.s Cahayanya Hijau Kuning. Malikaynya MIKAIL. Sahabatnya pula ialah Omar. Keluar dari huruf HA ini empat rakaat yakni API – AIR – ANGIn – TANAH. Istanayna pada LIMPA – Nafsu Jasmani. Kenyataan pada kita ialah BAHU & DADA.
MIMHuruf MIM itu waktunya MAGHRIB . nabinya ialah Nabi MUSA. Cahayanya MERAH HITAM. Malikatnya ISHDAH & WAHIDIAH. Istananya PARU – PARU Nafsunya Nafsu Haiwan. Kenyataan pada kita ialah MATA ( Cahayanya )
DALHuruf DAL itu waktu ISYA’ Nabinya Nabi NUH. Cahayanya HIJAU HITAM. Malikatnya IZRAFIL. Sahabatnya ALI. Keluar dari huruf DAL itu 4 rakaat kerana Tajalli Tuhan DI – WADI – MANI – MA’NIKAM. Istananya HEMPEDU dari bawah lidah hingga keteklinga. Kenyataan pada kita ialah TAPAK KAKI.
TEMPAT ZIKIR PADA TUBUH
ZIKIR QALBIDua jari bawah susu kiri = QALBI = HATI
ZIKIR RUHDua jari bawah susu kanan = RUH = NYAWA
ZIKIR SIRRDua jari bawah susu kiri = SIRR = RAHSIA
ZIKIR KHOFIDua jari atas susu kanan = KHOFI = TERSEMBUNYI
ZIKIR AKHFADitengah dada = AKHFA = TERLEBIH SEMBUNYI
ZIKIR NAFASAntara 2 kening meliputi sekalian kepala
ZIKIR KHALIAHDi ubun ubun meliputi sekalian jasad
20 SIFAT DI DALAM DIRI
1 WUJUDBadan Insan SIFATKU mula jadi menanggung didalam dunia
2 QIDAMRUH JASMANI kulitku mula jadi meliputi sekalian alam
3 BAQA’RUHANI dagingku mula jadi menanggung RAHSIA didalam DIRI
4 MUKHALAFATUHU LIL HAWADITHRUH NIBATI darahku mula menjadi meliputi Alam Sendiri
5 BINAFSIHIRUH INSAN nafasku mula jadi berjalan ucapan didalam DIRI
6 WAHDANIATRUH RABBANI hatiku asal mula jadi TAHU didalam DIRI
7 KUDRATRUH QUDUS urat putihku yang tidak berdarah berjalan setiap dalam DIRI-ku
8 IRADATRUH KAHFI tulangku asal mula jadi menguatkan Alam Sendiri
9 ILMURUH IDHAFI benihku asal mula jadi YANG NYATA didalam CERMIN HAQ10 HAYATRUH NURANI uratku yang meliputi didalam tubuh aku yang hidup alam sendiri.
11 SAMA’BESI KURSANI pendengaranku asal semula jadi
12 BASARPANCARAN MA’NIKAM kalam aku berkata-kata dengan sendiri
13 KALAMRUH MA’NIKAM menzahirkan perkataan didalam dunia
14 QADIRUNWUJUD MA’NIKAM tali Ruhku KUNHI ZAT dengan Sifatku
15 MURIDUNILMU ALLAH badanku asal mula jadi KALIMAH didalam diriku
16 ALIMUNDARJAT ALLAH kebesaranku asal mula jadi duduk didalam otak yang putih
17 HAIYUNAmalan terlebih suci ialah amalan Kalimah Aku asal mula jadi alam diriku
18 SAMIUNBersama ZAT & SIFAT WAHDAH didalam Kalimah iman diriku
19 BASIRUNRAHSIA NYAWA dengan BADANWAHIDAH bersamalah Zat dengan badan tidak bercerai dunia akhirat
20 MUTAKALLIMUNGhaib didalam Ka’bah Ghaib aku didalam Ka’bah Kaca Arasy yang putih titik didalam Kalimah.
AWALUDDIN MAKRIFATULLAH
Permulaan agama mestilah MENGENAL ALLAH.Firman allah :-Ya Muhammad kenalkanlah DIRI kamu sebelum kamu Mengenal Aku dan sebenar-benar kenal Diri kamu ialah Engakau Kenal AkuAllah juga Berfirman :-Ya Muhammad Aku jadikan baharu alam ini kerana Engkau dan Aku jadikan engkau kerana Aku. Maka engkau inilah sebenar-benarnya RAHSIA AKU.
Dengan ini bererti kita mesti berpegang kepada pokok kesimpulan RAHSIANYA itu yakni kita mesti betul betul kepada pengertian dan pemahaman RahsiaNya itu dengan terang dan jelas. Marilah kita renungi Firman Firman Allah saperti berikut :-

Aku tidak memandang kepada rupamu yang cantik…pengetahuanmu yang banyak jika kamu tidak Mengenal Aku maka sia sia sajalah amal kebajikan serta solat kamu yakni umpama debu yang berterbangan diudara ditiup angin

Engkau itu Aku dan Aku itu engkau

Oleh itu saudaraku sekalian kamu tuntutlah betul betul dan pelajarilah dengan sungguh sungguh serta kajilah dengan mendalam agar kamu DAPAT MENGENAL ALLAH dengan sebanar-benarnya. Mudah-mudahan Allah akan mengangkat Darjat kamu menjadi AHLI SUFI dan WALINYA.

Sebanyak manapun kitab kita baca, kaji dan pelajari INTIPATI yang perlu kita dapat dan perolehi hanya EMPAT ( 4 ) PERKARA sahaja yaitu perkara yang membolehkan amal ibadah kita diterima dan diakui oleh Allah SWT.

Perkara itu ialah :-PertamaMengenal Allah dengan sebenar-benar pengenalan dengan bukti yang terang dan jelas.Keduasentiasa dalam TUBUH ALLAH dengan bukti yang terang dan jelas juga.
Ketiga

sentiasa mendengar SERUAN ALLAH juga dengan bukti yang jelas dan terang.

Keempat

Datang dari Allah kembali kepada Allah dengan pedoman yang sebenar-benarnya terang dengan bukti yang jelas.

Sesungguhnya keputusan perkara perkara diatas, nampaknya senang dibaca tetapi tiap tiap satu perkara diatas bukanlah mudah diperolehi pemahaman dan pegangan keimanannya walaupun kita telah membaca mengkaji banyak buku, berguru dengan ramai guru, jika kita tidak menemui / ditemukan dengan buku buku dan guru guru yang benar benar dapat memberi petunjuk untuk pemahaman kita secra terang dan jelas.

RAHSIA DI DALAM DIRI Inilah pada menyatakan bahawa didalam badan manusia itu EMPAT BAHAGI yaitu :-
NAFAS
ANPAS
TANAPAS
NUPUSSesungguhnya bagaimana rupa jasmani begitu jugalah rupa NYAWA.Manakala Nyawa itu adalah NAFAS dan TANAPAS itu saperti ANPAS. Maka keempat itu berperingkat sampai kepada NUPUS dan Nupus itu saperti rupa ZAT manakala Zat itu saperti rupa SIFAT dan Sifat itu saperti rupa ASMA’ dan Asma’ itu saperti rupa AF’AL.
Dan perkara diatas diakui oleh Allah saperti FirmanNya melalui Hadith Qudsi :-

QA LAL LAH HU TAALA – AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRUHI SI FATI ILLA KHAIRI LIL LAH
Insan itu rahsiaKu dan Aku rahsianya. SifatKu itu Sifatnya tiada ada daripadaku melainkan Allah Taala

Barangsiapa mengenal akan BADANnya ia mengenal akan NYAWAnya. Barangsiapa mengenal akan nyawanya ia akan mengenal akan SIRRnya Barangsiapa mengenal akan Sirrnya akan mengenal akan TUHANnya yang qadim adanya.

Ketahuilah olehmu wahai talib – YANG KELUAR itu bernama NAFAS dan yang dinamai ANPAS itu gerak dari hidung sampai kebawah leher. Dan yang dinamai TANAPAS itu gerak dari bawah leher sampai ke hati. Yang dinamai NUPUS itu didalam Hati. Itulah HAKIKAT NYAWA.

WUJUD
WUJU DU KA ZAHRU WALA YUQA MU BI HI ZAHBU
Barangsiapa mengadakan DUA WUJUD jadi SYIRIK

ANA WUJU DA HU
Ada kita dengan DIA

WA NAF SUHU
Ada DIA dengan sendirinya.

Adapun WUJUD itu AIN ZAT artinya kenyataan kerana lafaznya dibaca itu wujud maknanya ZAT. Ini adalah kerana Wujud itu ADA. Maka yang ADA itu ZAT. Maka tiada diperoleh dengan lafaz yang lain daripada Wujud itu kerana wujudnya itu menyatakan Zatnya. Maka disebabkan itu dikatakan AIN ZAT namanya.

Adapun Wujud itu artinya ADA. Apa yang dikatakan itu ada.
Yang dikatakan itu ialah ZAT.

Adapun Wujud ini ditilikkan pihak lafaznya SIFAT dan jika ditilik pada maananya ZAT dan apa yang dikatakan lafaz itu kerana bacaan itu Wujud ada ZAT. Inilah maananya.

Adapun WUJUD DIRI SENDIRI berdiri dengan ZAT. Apa sebab dikatakan Wujud itu berdiri dengan Zat ? Sebab lafaz wujud itu ada manakala yang ADA itu ialah ZAT.

PERINGATAN TENTANG SEMBAHYANG
Barangsiapa menyembah NAMA TANPA MAANA bahawasanya ia KUFUR

Barangsiapa menyembah MAANA TANPA NAMA bahawasanya ia MUNAFIK

Barangsiapa menyembah NAMA DAN MAANA dengan HAKIKAT MAKRIFAT mereka itulah MUKMIN sabenar benarnya t

Barangsiapa meninggalkan NAMA DAN MAANA bahawasanya mereka itulah ARIFBILLAH

Solah Daim itu ialah solah tanpa huruf tanpa suara tanpa apa apa perbuatan. Ianya ialah kerja HAYAT atau kerja HIDUP. Yang Hidup itu ialah NURULLAH atau Nur Muhammad yakni Nyawa.

PENGERTIAN ALLAH DAN NABI MUHAMMAD MUSTAFFA RASULLULLAH
NABIAdapun Tubuh Nabi Muhammad itu yang zahir ialah AF’AL daripada ZAT
Adapun nyawa Nabi Muhammad itu SIFAT daripada ZAT ALLAH.
SIFATAdapun SIFAT itu NYAWA kepada Muhammad
MUSTAFFA – Adapun hati Mustaffa itu ASMA’ daripada ZAT ALLAH.
ASMA’Adapun ASMA’ itu Nama NamaNya.
AF’ALAdapun AF’AL itu Tubuh Nabi namanya AF’AL.
RASULLULLAH – Adapun Rasullullah itulah SIRR daripada ZAT ALLAH SWT.
ZATAdapun ZAT itu TUHAN, Rahsia pada Nabi, Cahaya Ilmu Kalam – SIRRULLAH namanya.Inilah kita bertuhan pada Allah dengan 4 syarat yakni :-Pertama ZAT ALLAH itu Tuhan pada kita
Kedua SIFAT ALLAH itu NYAWA pada kita
Ketiga ASMA’ ALLAH itu HATI pada kita
Keempat AF’AL ALLAH itu TUBUH pada kita.Dan TAJALLI Af’al Allah pada Tubuh kita dan Tajalli Asma’ Allah pada Hati kita dan Tajalli Sifat Allah pada Nyawa kita dan Tajalli Zat Allah pada Sirr kita yakni sebenar-benarnya RAHSIA kita adanya.
ASAL RUKUN 13 DIDALAM SOLAT.
Inilah asal Rukun 13 yang wajib diketahui dalam melakukan Solat.
Adapun Rukun Solat itu datangnya daripada ALLAH – BAPA dan IBU.

DATANG DARIPADA ALLAH – 5 PERKARA.
1 Niat
2 Nyawa
3 Wujud
4 Nafas
5 Af’alYaitu didalam bentuk Merasa – Mencium – Menjamah – Melihat & MendengarDATANG DARIPADA BAPA – 4 PERKARA1 Tulang
2 Kuku
3 Rambut
4 Rupa
DATANG DARIPADA IBU – 4 PERKARA

1 Darah
2 Daging
3 Otak
4 Lendir

Terhimpun menjadi 13 . maka jadilah Rukun 13 perkara melakukan SOLAT setiap hari memulangkan sekalian HAKNYA sebagai ISI AMANAH yang dipertaruhkan kepada kita.

YANG MATI – YANG HILANG – YANG TINGGAL – YANG PULANG

YANG MATI itu ada 6 perkara yakni – Wujud – Anggota – Hawa – Nafsu – Gerak & Diam.

YANG HILANG pula ada 4 perkara yakni Darah – Daging – Tulang & Kulit

YANG TINGGAL itu ada 2 perkara yakni Iman & Taat

YANG PULANG ada satu sahaja yakni NYAWA. Pulang keempunyanya keasalnya

HENING – QASAD – TAQRID & TA’YUN
HENING itu apa ?Adapun HENING itu tiada dapat menyerupai dengan CAHAYA yang lain. Adapun JERNIH itu apakala tertenung lantas 7 petala langit dan 7 petala bumi.Maka dalam cahaya yang HENING JERNIH itu yang terang benderang itulah CAHAYA PUTIH SIFAT saperti terlebih putih daripada kapas bersifat saperti SIFAT KITA.Ada tanda pada DAHI kita tersurat NAMA ALLAH. Inilah RUH NABI kitaMaka dalam ZIKIR ALLAH syaratnya terhapus sekalian diri dengan keadaan diri kita yang kehambaan bagi RUH NABI saw yang dikatakan sebenar-benar SIFAT ALLAH NUR MUHAMMAD namanya.
Dan cahaya terang benderang hening jernih itulah CAHAYA ZAT ALLAH adanya. Wallah Hu Alam.

QASADAdapun QASAD itu MENYATAKAN NIAT tiada huruf dan tiada suara. Yang ada huruf dan suara BUKAN NIAT tetapi ADOM ( ADAM )Adapun yang sebenar-benarnya NIAT yang tiada huruf dan tiada suara itu ialah ZAT ALLAH. Inilah NIAT yang sebanar-benarnya. Asal Niat dan tempat niat pada zahirnya ialah kita yang berniat tetapi sebenarnya ialah TUHAN YANG MUTLAK yang bersifat WAJIBUL WUJUD KHALIQ AL ALAM lagi ber-Sifat KAMIL MUKAMIL.
TA’RIDAdapun TA’RID itu MENYATAKAN FARDHU. Yang sebenar-benarnya Fardhu itu ialah TAJALLI SIFAT ALLAH ertinya NYATA SIFAT ALLAH itu NUR MUHAMMAD AIN SABITAH pun ia juga namanya, UJUD IDHAFI dan INSAN pun ia juga. Inilah sebenar-benarnya FARDHU itu.Asal Fardhu ialah RUH NABI MUHAMMAD saw tempat Tajalli sekalian Ruh Adam itu.Sebab dikatakan ASAL FARDHU yang sebenarnya kerana sekalian nyawa itu tajalli daripada NUR MUHAMMAD saperti kata HADITH QUDSI :-ANA MINALLAH HU KUL LII SHAI IIN MINAN NUR yang bermaksud
Daku daripada Allah manakala segala sesuatu atau cahaya alam ini daripada cahayaku.

ANA MINALLAHU WAL ANBIYA ……( tidak jelas = fakir ) yang bermaksud :-

Aku daripada Allah sekalian anbia’ daripada aku.

ANA MINALLAHU WAL MUKMINI NAA MIN NI

Aku daripada Allah dan segala / semua mukminin daripada aku

Inilah sebabnya dikatakan MUHAMMAD itu BAPA SEKALIAN RUH dan ADAM itu BAPA SEKALIAN TUBUH / JASAD.

Inilah juga sebab kenapa dikatakan yang Fardhu PADA KITA ITU NYAWA. Nyawa itu PEMERENTAH BADAN. Jika tidak digerak oleh Nyawa tidak bergeraklah badan. Wallah hu Alam.

TA’YUNAdapun TA’YUN itu menyatakan WAKTU Zuhur, Asar dan lain lain lima waktu itu. Adapun yang sebenarnya NYATA AF’AL ALLAH SWT pada Jasad Adam yaitu Tubuh kita ialah ALAMM RUH YANG KASAR. Itulah sebenarnya TA’YUN yakni sebenar benar NYATA.
TAUHID TAKBIRATUL IHRAM ( TI )
Adapun syarat TI itu hendaklah HADIR MATA HATI SYAHADAT KE ZAT ALLAH SWT.

Sebelum takbir kita NIATKAN didalam Hati yang kita MEMULANGKAN SEKALIAN PANCAINDERA yang dikurniakan kepada kita ( kepada Allah = fakir ) Niatnya ialah Tiada pendengaranku hanya ia ( pendengaran Zat Allah ) tiada penglihatanku hanya ia tiada huruf tiada suara hanya ia tiada ciukmku hanya ia tiada gerak dan diamku hanya ia.

HAKIKAT ZAT AF’AL – HAKIKAT SOLAT

Adapun ertinya SOLAT sebenarnya YANG MENYEMBAH ITU HAMBA, YANG DISEMBAH ITU TUHAN.

Yang menyembah itu FANA’ – yang disembah itu BAQA’. Maka sihamba PULANG KEPADA ADOMNYA. Maka KEKALLAH TUHAN semata-mata pada SUHUD ( pandangan = fakir ) kita.

Yang Menyembah dan Yang Disembah pun ia juga. Yang memuji = DIA Yang Dipuji pun DIA juga kerana Allah SWT Memuji DiriNya sendiri melalui lidah makhlukNya ( Insan )

Maka hamba itu tetaplah FANA’ sebab ditilik sekalian keadaan dirinya habis terpulang kepada Allah – Ilmu, hayat, Kudrat, Iradat, Sam’, Basar, Kalam . Yang ada pada dirinya adalah SIFAT ZAT ALLAH semata-mata.

Adapun Tuhan itu tiada diatas, tiada dibawah, tiada dihadapan, tiada dibelakang tiada dikanan mahupun dikiri.

TIADA HAMBA TIADA TUHAN YANG WUJUD HANYA ZAT ALLAH WAJIBUL WUJUD.

MEMULANGKAN AMANAH.Hadith Qudsi yang bermaksud :-1 TUKARKAN CAHAYA DIRIMU KEPADA CAHAYA TUHANMU2 MATIKAN DIRI KAMU SEBELUM KAMU MATIAdapun maksud MATIKAN itu ialah MEMULANGKAN AMANAH ALLAH yang ditanggungkan kepada kita. Amanah Allah itu ialah WUJUD KITA YANG KASAR ( Jasad ) dan Yang Menanggung Amanah itu ialah WUJUD KITA YANG BATIN yakni Nyawa dan YANG MENGAMANAHKAN itu ialah ZAT ALLAH.
Adapun SYARAT Memulangkan Amanah Allah itu ialah tatkala kita mengatakan ALLAH itu tarik nafas kita dari dalam FUAD hingga sampai kealam QUDDUS. Alam itu UBUn UBUN dan makam KAB FUSAIN yaitu antara dua bulu kening.

Maka kita tahankan hingga kuat sekalian alam kita merasa hapus wujud kita yang kasar kepada wujud kita yang batin – hapus wujud yang batin kepada ZAT SEMATA-MATA kepada suhud kita.

Maka hapus dan karamlah sekalian SIFAT BASRIAH dalam lautan BAHRUL QADIM hingga nyata Sifat laut semata-mata yaitu Laut Alam Allah. Maka katakanlah ALLAH HU AKBAR . telah fana’ sekalian kelakuan dan diri kita maka nyatalah BAQA’ keadaan ZAT Tuhan semata-mata. Inilah dikatakan SUHUD sehingga sampai kepada SALAM.

Adapun SUHUD itu ertinya PANDANG MATA HATI erti Mata Hati ialah pengetahuan Nyawa. Alam Nyawa itulah sebenar-benarnya IMAN.

Inilah SIRRULLAH yaitu cahaya Alam Ilmu ZAT ALLAH yang tiada huruf tiada suara Wujud Mutlak yakni Wujud Zat Wajibul Wujud.

Dengan ini Jasad kita KAMIL dengan Nyawa kita dan Nyawa Kamil Mukamil dengan ZAT ALLAH

DALIL NAQLI – AYAT AL-QURAN
Telah ada Aku dalam dirimu – betapa tidak kamu lihat ?
SIFAT MAANI & SIFAT MAKNUYAH

A DAERAH KITA MENGENAL DIRI YANG KASAR
ADAM = JASAD YANG KASARa. HIDUP Jasad dengan hidup Nyawa
b. TAHU Jasad dengan tahu Nyawa
c. BERKUASA Jasad dengan berkuasa Nyawa
d. BERKEHENDAK Jasad dengan kehendak Nyawa
e. MENDENGAR Jasad dengan mendengar Nyawa
f. MELIHAT Jasad dengan melihat Nyawa
g. BERKATA Jasad dengan berkata Nyawa
B DAERAH KITA MENGENAL DIRI KITA YANG BATIN
MUHAMMAD = NYAWA INSANa. HIDUP Nyawa dengan HAYAT Tuhan
b. TAHU Nyawa dengan ILMU Tuhan
c. BERKUASA Nyawa dengan KUDRAT Tuhan
d. MENDENGAR Nyawa dengan SAMA’ Tuhan
e. MELIHAT Nyawa dengan BASAR Tuhan
f. BERKEHENDAK Nyawa dengan IRADAT Tuhan
g. BERKATA Nyawa dengan KALAM Tuhan
PANDANG WUJUD YANG ESA PADA WUJUD YANG BANYAK
ZIKIRNYA HU ALLAH

Adapun Allah itu banyak namaNya kerana Nama Allah yang menjadikan Alam dengan limpah Sifat Sifat diatas. Oleh itu Alam ini ialah Hakikat ZAT YANG ESA.
DALIL DALIL AL-QURAN WALLAH HU MUHITHU LIL ALAMIN
Adapun Allah itu MELIPUTI sekalian AlamLA TATA HAR RAKU ZAR RATUN BI IZ NILLAH
Tiada bergerak sesuatu walau sebesar zahrah sekalian melainkan dengan IZIn Allah
WA LA HAU LA WALA QUWWA TA ILLA BILLAH
Tiada DAYA UPAYA melainkan dengan KUDRAT AllahFA IN NA MA TAL WAL LAU AF SII HIM WAJ JAHULLAH
Dimana kamu hadapkan wajahmu disitu Wajah AllahBarang kamu pandang pada ini hingga sampai yang menjadikan janganlah terhenti pandang kamu pada sekalian itu hingga sampai kepada yang Menjadikan yaitu ZAT WAJIBUL WUJUD
Jika kamu pandang keadaan diri kamu hendaklah kamu pandang dengan HAYAT Tuhanmu. Jika kamu pandang pengetahuanmu hendaklah kamu pandang ILMU Allah. Apabila kamu pandang kuasamu hendaklah kamu pandang KUDRAT Allah. Begitulah seterusnya dengan pancaindera kamu dan Sifat Sifat MAANI Allah yang lain.

Jika tidak demikian halnya sia sialah pandangan itu dan DERHAKA kamu terhadap Tuhan kamu

ALLAH  – NIAT – AHDAH – WAHDAH – WAHIDIAH
ALLAH – Alif – Lam –Lam- Ha
ALIF itu AHDIAH ZATLA TAAYUN pun ia SIRRULLAH pun ia juga. Inilah ASAL NIAT yang tiada huruf dan tiada suara. Inilah USALLI SOLAT artinya Aku Solat Sifatnya NAFSI WUJUDAdapun ALIF itu dalil menyatakan FARDHU . Inilah maknanya ZAT mertabat INSAN dan AHADIAH. Dengan kebesaran ALIF ini maka jadilah LAM yakni dengan kebesaran dan kekayaan SIFAT ZAT ertinya ESA pada pihak TANZIL.LAM AWAL = ALIF DIATASAdapun ALIF DI-ATAS itu dalil menyatakan SIFAT huruf ALIF diatas. Maka jadilah LAM AWAL maknanya SIFAT SEMATA-MATA mertabatnya WAHDAH yakni TA’AYUN AWAL ertinya NYATA YANG PERTAMA yakni TAJALLI SIFAT ALLAH menjadi NUR MUHAMMAD – AIN SABITAH – WUJUD IDHAFI – INSAN KAMIL pun ia juaga menanggung namaNya ALLAH. Inilah asal FARDHU yang sebenarnya yakni SIFAT MAANI.
LAM AKHIR = ALIF DIBAWAH

Adapun Alif Di-bawah itu dalil menyatakan ASMA’NYA. Huruf Alif dibawah menjadi LAM AKHIR maknanya ASMA’ mertabat WAHIDIAH yang bernama ALLAH yakni TA’AYUn THANI ertinya NYATA YANG KEDUA maka Tajallilah RUH ADAM dengan kebesaran , kelimpahan Ruh inilah menjadi Tubuh Adam daripada huruf Alif Di-Atas.

Maka huruf ini maknanya Zat Alif Di-Atas maka jadilah LAM AWAL maknanya Sifat Alif dibawah. Maka jadilah LAM AKHIR maknanya ASMA’ ALIF didepan. Maka jadilah maknanya AFAL . Maka 4 huruf itu empat Sifat Alif Lam Lam Ha

ALLAH HU AKBAR

ALLAH – ( Alif – Lam – Lam – Ha ) – Empat SifatALIF = ZAT
LAM AWAL = SIFAT
LAM AKHIR = ASMA’
HA = AF’ALAKBAR – ( Alif – Kaf – Ba – Ra )ALIF = KAHAR
KAF = JAMAL
BA = JALAL
RA = KAMALALLAH = GHAIBUL GHUYUB
ALIF = LA TA’AYUN = MERTABAT ZAT
LAM AWAL = TA’AYUN AWAL = NUR MUHAMMAD = RUH
LAM AKHIR = TA’AYUN THANI = MERTABAT ADAM = NYAWA
HA = MERTABAT TUBUH = JASAD

ZAT DIRI YSNG BERDIRI SENDIRI .Wujudnya di Alam LAHUT. Zikirnya AH ( Alif Ha ) AH . Ilmunya KAMAL YAKIN

SIFAT DIRI DENGAN ZAT. Wujudnya Alam JABARUT. Zikirnya HU HU. Ilmunya HAQ QUL YAKIN

ASMA’ DIRI YANG TERPERI. Wujudnya di Alam MALAKUT. Zikirnya ALLAH 3 x . Ilmunya – ILMU YAKIN

AF’AL DIRI YANG TAJALLI. Wujudnya diAlam SAHADAH. Zikirnya LA ILA HA ILLALLAH. Ilmunya – ILMU YAKIN.

Jelaslah kewujudan itu sebagai PENZAHIRAN KEBESARAN diriNya.

Dengan wujud itu terzahir pula segala KEINDAHAN JAMAL Allah namanya. Lantas terzahir pulalah CAHAYANYA yang menerangi segala Keindahan itu JALAL ALLAH namanya dengan KEAGUNGAN itu sempurnalah sudah sebagai Kenyataan ALLA HU AKBAR.

DARI … Manuskrip ILMU & MAKRIFAT TOK GURU PERAMU –
ENTRI KEENAM BELAS ( 16 – TERAKHIR. )

HAKIKAT FATIHAH…………….
Ia Menyatakan DIRI

BISMILLAH…………..Menjadi ia diriNya AR-RAHMAN itu Ya Muhammad , engkau jua keadaan YA RAHIM itu. Ya Muhammad engkaulah kekasihKu. Tiada yang lain.
ALHAMDULULLAH…….

Ya Muhammad yang membaca Fatihah itu Aku. Yang memuji itu pun Aku. Alhamdulillah itu Ya Muhammad Solatmu ganti SolatKu tempat memuji DiriKu sendiri.

RABBUL ALAMIN…………….

Rabbul Alamin itu Aku Tuhan Sekalian Alam.

AR RAHMAN – AR – RAHIM………..

Ya Muhammad yang membaca Ftihah itu Aku yang Memuji itu pun Aku juga.

MALIKIYAU MID DIIN…………..

Ya Muhammad Aku Raja Yang Maha Besar…engkaulah kerajaannya.

IYYA KANA’ BUDU…………….

Ya Muhammad yang solat itu Aku. Aku memuji DiriKu Sendiri..

WA IYYA KAA NAS TAA IIN….

Ya Muhammad tiada kenyataanKu jika engkau tiada…

IH DI NAS SII RATAL MUSTAAQIM…

Ya Muhmammad Awal dan Akhir itu Aku

SIRATAL LAZI NA AN AM TA ALAI HIM..

Ya Muhammad sebab Aku sukakan engkau ialah engkau itu kekasihKu.
GHAI RIL MAGHDU BI ALAI HIM..

Ya Muhammad Aku jadi Pemurah padamu kerana engkau itu kekasihKu

WA LAD DHAL LIN…

Ya Muhammad jika tiada Aku maka tiadalah engkau..

AMIN..

Ya Muhammad Rahsiamu itu Rahsia Aku.

Yakni yang disembah itu tiada suatu juapun didalamnya melainkan Tuhanku. Maka apabila Solat ghaiblah didalamnya . Apabila ghaib ESA-lah ia dengan Tuhannya.

Yang Solat itu tiada dengan lafaz dan maknanya dengan citarasa yang solat amat rapat kepada Zat Yang Esa dengan kata ALLA HU AKBAR.

Maka barangsiapa masuk didalam Solat tiada SERAH Tubuh dan Nyawa-nya maka kekallah Sifat dengan Tuhannya – tiada mengesakan dirinya dengan Tuhannya. Sabda Nabi saw :-


Tatkala kamu Takbiratul Ihram membuangkan lafaz dan makna melainkan Wujud Mutlak semata-mata.

sumber : https://jiwa2kegelapan.wordpress.com

Diberdayakan oleh Blogger.

About

Widget Footer